Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 1


Prolog

Halo.. Perkenalkan, nama gw Fadli Arya Putra (tentu saja ada nama yang gw samarkan). Kali ini gw ingin membagikan kisah nyata yang telah gw jalani dan alami sejauh ini. Kenapa gw memberikan cover seperti gambar di atas ?? Karena itu ada hubungannya dengan perjalanan hidup gw dan mengubah hidup gw (jauh dari agama).

Kisah ini dimulai 18 tahun yang lalu atau lebih tepatnya pada awal tahun 2001 hingga sekarang belum selesai. Semuanya berawal dari rasa penasaran hingga berakibat fatal. Maaf jika tulisan dan bahasa gw berantakan. Karena gw bukan penulis. Di sini gw hanya ingin berbagi cerita, berharap tidak ada yang mengalaminya selain gw. Jadi gw mohon yg membaca kisah nyata gw ini dengan bijak dan jangan asal nge-judge. Dan bagi yang kenal gw cukup diem saja.

Awal di Mulai (Hotel di daerah Semarang bagian atas)

Gw lupa tanggal dan bulannya yang saya ingat saat itu sepulang sekolah hari Sabtu pukul 13:00 WIB tahun 2001. Gw masih mengenakan pakaian putih abu-abu seragam khas anak SMA, gw nongkrong di warung deket sekolah bersama beberapa teman. gw, andi, doni, farid dan beni.

"Don ntar malem maen yuk?" Ajak gw ke doni yg lagi menikmati segelas es teh di siang hari itu. Andi, farid dan beni pun berharap hal yg sama. Maklum kita berlima ini satu kelas dan kebetulan menyandang gelar yg sama, yaitu jomblo. Temen-temen dikelas juluki kami genk pandawa jomblo. Ngenes deh.. ketika malam minggu tiba, bukannya apel lawan jenis tapi malah ngumpul batangan semua. 

"Yaudeh ntar kumpul dimana? Pakek mobil lu ya ben, gantian!" Jawab doni yg agak sedikit protes karena seringkali setiap keluar bareng2 selalu pakek mobilnya. Beni mau tidak mau kali ini yg membawa mobil. Gw dan temen2 yg lain cm tertawa melihat reaksi beni yg agak sedikit kesal.

"Emang kita nanti mau kemana seh?" Tanya beni kepada kita semua memastikan tujuannya. bagi beni membawa mobil keluar dari rumah merupakan perkara tidak mudah, karena sulitnya ijin meminjam mobil ke orang tua nya melebihi sulitnya ujian akhir nasional.

Gw mengusulkan ke teman-teman semua kalau malam minggu ini kita hunting ke tempat-tempat horror gitu, gmn? Apa kalian enggak penasaran?? Kalau cuma sekedar nongkrong atau nonton udah terlalu mainstream. Reaksi temen-temen mendengar penjelasan dan ajakan gw bermacam macam. Farid dan beni langsung menolak!

"Gila lo! Ke tempat serem kayak gitu ngapain coba?" Gerutunya dan diikuti farid yang setuju dengan beni. Sementara andi dan doni membujuk mereka berdua, gw masih terdiam menikmati rokok yang barusan gw nyalain. Alasan doni membujuk beni untuk ikut cukup jelas, doni keberatan kalau tiap kali keluar harus pakek mobilnya. Kalau andi? Andi setuju dengan pemikiran gw yang anti mainstream!

"Yaudeh ntar malem keluar pakek mobil gw. Bensin tapi pt2 yak!" Ucap gw yg mencoba mengerti kondisi beni yg sebenarnya keberatan unutk membawa mobil. Dengan wajah penuh kebahagiaan beni setuju ikut. Emang setan nih anak, alasan enggak mau bawa mobil aja pakek acara enggak setuju dengan usulan gw hunting ke tempat horror. Farid yang tadinya tidak setuju mau gak mau harus ikut. Pada saat itu juga kita semua langsung briefing persiapan nanti malam. Kami saling membagi tugas. Tugas gw bawa mobil, tugas doni bawa handycam & tripod, tugas beni bawa beberapa kamera (kebetulan doi punya kamera paling bagus diantara kita semua), tugas farid & andi bawa senter dan logistik.

Tujuan kita kemana? Tujuan kita pada malam hari itu ke bekas hotel di salah satu bukit kota semarang yg sudah tidak terpakai dan tidak terawat sama sekali.

"Lho di portal? Benar masuknya dari sini?" Tanya gw ke temen-temen yg lain. Tidak ada jawaban satu kata pun dari temen-temen. Mereka semua menatap ke arah portal yg sudah nampak berkarat menutupi jalan masuk ke hotel yang masih beberapa meter ke dalam. Gelapnya malam, pohon2 tinggi di hadapan kami, jalan yg sudah tidak layak dilewati dan tidak ada cahaya sama sekali. Hanya lampu sorot dari mobil gw yg menerangi pandangan di depan kami ini. Gw turun dari mobil mencoba untuk membuka portal yg tertutup. Doni sempat melarang gw turun dari mobil, tapi atas dasar kesetiaan kawan doni ikut turun membantu gw membuka portal. Sementara temen-temen yg lain sama sekali tidak turun dari mobil sedan berwarna hitam gw. "Ah dasar penakut!" Gerutu gw sambil mencoba membuka portal. Doni yg melihat gw hanya tersenyum.

Dengan perlahan mobil gw masuk melewati portal yg sudah terbuka. Tidak ada kata yang terucap dari temen-temen. Mereka semua masih diam. Kecuali doni, yg duduk di depan sudah mulai sibuk merekam perjalanan ini melalui handycam nya. Wiper langsung gw nyalakan karena hujan gerimis mulai turun menambah suasana malam ini makin menjadi mencekam.

"Stop!" Ucap doni mencoba menghentikan laju mobil ini. Gw pun langsung rem mendadak karena gw juga tau apa yg doni lihat melalui handycam nya. Di depan mobil gw berdiri seorang anak kecil yg kira2 berusia 8-10 tahun memberi peringatan ke kami untuk berhenti. Tanpa pikir panjang walaupun di luar kondisi hujan gerimis gw, doni, andi dan beni langsung turun dari mobil menghampiri bocah yg berdiri di depan mobil gw. Kecuali farid yg takut turun dari mobil.

"Adek siapa?" Sambil agak berjongkok gw mencoba bertanya ke bocah yang sekarang posisinya ada di depan gw persis. Doni disamping gw hanya diam sambil merekam. andi dan beni terlihat memastikan apakah bocah yang di depan kita ini benar-benar manusia apa bukan. Entah sejak kapan keberanian kedua temen gw ini terkumpul. "Mas-mas nya kl mau masuk ke dalam, mobilnya parkir disini!" Perintah adek ini menjelaskan kalau mobil tidak bisa masuk sampe dalam lagi. Kami semua saat itu juga mengambil peralatan di dalam mobil. Terpaksa mobil harus gw parkir tidak sampe masuk halaman hotel. Farid?? Mau tidak mau juga harus turun. Segera langkah ini mengikuti bocah yg ada di depan kami. "Namaku anggi" ucap bocah yang ada di depan tanpa melihat kami. Sepertinya dek anggi sudah paham betul maksud kedatangan kami setelah melihat peralatan yg kami bawa.

Kami semua terdiam, di depan kami sekarang berdiri bangunan hotel yang lumayan besar dan luas tapi sudah tidak terawat dan sudah tidak layak di huni. Akar-akar dari pohon besar di sekeliling hotel terlihat sudah merambat ke bangunan hotel. Sungguh sudah tidak layak disebut bangunan. Maklum konon ini hotel sudah ditinggalkan puluhan tahun yg lalu.

"Aku tinggal disini sama keluarga dan beberapa orang lainnya di bangunan sudut itu" dek anggi menunjuk bangunan yang dimaksud. Bangunan tempat teduh mereka dari panasnya siang dan dinginnya malam yang di maksud adalah bekas pos satpam yg terlihat masih layak. beberapa orang memandang kami ramah. Tidak banyak memang, hanya sekitar 6 orang yg ada di pos satpam yg terlihat masih layak bangunannya.

"Oalah iki gelandangan fad" bisik andi ke gw yg memperhatikan kondisi dek anggi dan orang-orang yang berada di pos satpam hotel. Gw hanya diam mendengar bisikan andi.

Tidak membutuhkan waktu lama kami saling mempersiapkan diri. Beni membawa dua kamera yang satunya diberikan ke farid untuk ikut mendokumentasi selama kegiatan disini, doni memberikan satu handycam ke andi, dan gw membawa dua tripod yang akan digunakan nanti. Dek anggi yang melihat kegiatan kami langsung paham betul dan menunjukan tempat aura yg paling negatif di bangunan hotel ini. Langkah kaki ini mulai memasuki bangunan hotel ini. Juru kunci kami? Bocah yg masih berumur 8-10 tahun ini juru kunci kami! Keberaniannya melangkah yg paling depan. Seharusnya kami malu! Tapi karena tidak mengenal baik tempat ini maka kami lebih memilih dibelakangnya. Alasan untuk pembenaran yang sebenarnya pada ketakutan.

"Disini pusatnya!" Ucap dek anggi yang berhenti di lantai dua. Terlihat ruangan ini mungkin dulunya restoran hotel. Karena masih sisa beberapa meja bundar yang sudah tidak terpakai. Di bagian kanan restoran atau arah ke utara hotel ada jendela yang sudah tidak nampak kacanya. Dari jendela tersebut dibawah terlihat ada kolam renang yang di dalamnya tumbuh alang-alang dan tumbuhan liar. Di bagian kiri restoran atau arah selatan hotel ada beberapa ruangan kosong yang tidak berpintu. Gw langsung memasang tripod tanpa menunggu perintah siapa pun di kedua sudut ruangan. Andi dan doni langsung mengerti memasang handycam yang mereka pegang di kedua tripod. Farid dan beni mengambil beberapa gambar di dalam ruangan dan dari jendela restoran kearah luar hotel dan kolam renang.

"Ambil gambarnya jangan cuma sekali tapi beberapa kali jepretan!" Perintah gw ke farid dan beni. Mereka berdua paham apa yg gw maksud.

"Terus ini handycam kita tinggal apa gmn?" Tanya doni sambil memastikan rekaman yang sedang berjalan merekam di handycam tetap focus. Begitu pula dengan andi.

"Kita tinggal sebentar" mendengar jawaban gw, doni agak ragu untuk meninggalkan handycam nya. Hal itu wajar karena takut kalau kedua handycam nya hilang. Tapi gw dan andi menyakinkan ke doni kalau kita enggak akan jauh dari tempat ini.

Kaki ini melangkah menaiki anak tangga menuju lantai 3. Lantai 1 lobi dan kamar hotel, lantai 2 restoran dan kamar hotel, lantai 3 kamar hotel dan dua aula yang tidak begitu besar. Dalam hati berkata entah kenapa hotel ini ditinggalkan. Kalau di lihat dari segi tempat, hotel ini punya lokasi strategis. Lokasi berada di atas bukit dan mendapatkan view kota semarang.

"Kalau kalian memang ada maka hadir lah. Kalian terusik dengan kedatangan kami? Mana penampakan kalian yang cuma ada di cerita-cerita orang doang!" Ucap andi menantang yang mungkin sudah berharap adanya penampakan. Farid dan beni yang begitu mendengar ucapan andi dari belakang langsung nyelonong kedepan ketakutan. Gw hanya tertawa mendengar ucapan andi. Dan dari ucapan andi tidak butuh waktu lama kami semua mendapat jawaban.

"Brakkk..!!" Suara itu terdengar di lantai dua. Kami langsung segera turun ke lantai dua. Farid dan beni mencoba mencegah, gw tidak menghiraukannya. Gw, andi dan doni sudah berada di lantai dua. Kami bertiga melihat kedua tripodnya telah jatuh. Menyusul farid, beni dan dek anggi sudah bergabung di lantai dua.

"Ah mungkin cuma angin.." Ucap gw berpikir positif. Belum lama mulut gw berucap, doni dengan suara terbata-bata ngomong "itu..itu lihat handycam dan tripodnya melayang" semua pandangan langsung tertuju kearah handycam yang di dekat jendela. Ya betul! Handycam dan tripodnya melayang kurang lebih satu meter dari lantai. Semua melihat pandangan itu terdiam. Mulut andi yg tadi berucap menantang sekarang berucap istighfar. Dek anggi yang tadinya melangkah paling depan dengan berani sekarang memeluk kaki gw dari belakang. Berharap yang di lihatnya bukan hal yg nyata.

"HIHIHIHIHIHIII....." Sungguh suara tertawa perempuan yg kami dengar membuat nyali kami saat itu lumpuh. Entah dari mana asalnya yg jelas kami semua mendengarnya. Sebenarnya saat itu gw pengen farid dan beni mengambil beberapa gambar dari kamera yang dipegangnya. Tp yang gw lihat farid dan beni sudah memejamkan mata terlihat mulutnya komat kamit membaca doa. 

"Brakkk..!" Handycam dan tripod yang tadi melayang sekarang jatuh. Suara tertawa yang membuat nyali ciut juga hilang. Gw langsung ambil itu handycam dengan kondisi yang masih merekam dan tiba-tiba mati dengan sendirinya.

"Sialan!" Maki gw yang masih tidak percaya dengan apa yang gw lihat di handycam. Jam sudah menunjukan pukul dini hari. Dek anggi meminta ijin ke kami untuk pulang ke pos satpam yang menjadi tempat tinggalnya. Kami semua ikut keluar dan menyudahi malam ini. Sesampainya di pos, bapak anggi masih belum istirahat. Menunggu kami dan tentunya menunggu buah hati nya yang dari tadi bersama kami.

"Gmn mas-masnya sudah dapat yang di cari? Soalnya dari bawah sini tadi bapak melihat kearah lantai dua pada asik bercanda" ucap bapak dek anggi sambil menyuruh anaknya masuk ke dalam pos. Kami semua yang mendengar ucapannya heran. Apa yang diucapkan sama bapak nya dek anggi dengan kenyataan yang kami alami sangat lah berbeda. Atau mungkin mereka sudah terbiasa??? Ah sudah lah...

Kami semua berpamitan dan tak lupa kami memberikan uang ke bapak dek anggi untuk putra nya yang sudah menemani kami malam ini. Beberapa bungkus rokok juga kami tinggalkan.

Malam ini merupakan pengalaman pertama kami. Sepanjang perjalanan pulang gw juga melarang teman-teman untuk melihat hasil rekaman dan foto tadi. Esok harinya kami semua kaget setelah melihat hasilnya..!


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 1"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel