Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 19
Sabtu, 27 Juli 2019
Tulis Komentar
Perpisahan 1.1 (ending part perpisahan)
Tadi sore saya menjenguk dek fara sekalian membawakan pesanan
si fadli. Makanan favoritnya yaitu gendar janganan plus bakwan. Duduk di
lantai bersandarkan dinding fadli menikmati makanan dengan lahap, walau
sesekali merasa kepedesan. Pandangan mata nya tertuju pada anak gadis berumur 5
tahun yang sedang tertidur. Buah hatinya fara.
Fadli : za, tadi sore sebelum jadwal visit dokter fara ngomong
ke saya gini “papah sayang sama adek gak ?”
Fadli : saya jawab “ya sayang, sayang banget.. adek kenapa kok
ngomong gitu?” fara jawab “terus kalau sayang kenapa adek dibawa ke rumah
sakit? Adek kan takut di suntik”
Fadli : saya saat itu menahan tangis za denger fara ngomong
gitu. Pas kakung sama uti nya datang (mertua), saya ijin keluar sebentar buat
numpahin air mata ini.
Reza : yang sabar ya fad, semoga lekas sembuh. (di saat itu
saya melihat fadli meneteskan air mata tanpa suara tangis. Tatapannya masih ke
depan kearah fara)
Bayangkanlah
Gina mengemudi sambil mencoba menenangkan kesedihan yang saya
rasakan. Apa yang diucapkan tak sanggup membuat hati ini tenang. Mudah baginya
berucap jika tidak merasakan apa yang aku rasa. Rasa persahabatan yang sekejap
hilang dipisahkan oleh kematian. Renungkanlah gina jika kamu bertualang
bersama sahabatmu suka dan duka kalian bersama. Melakukan kebodohan dan
ketakutan bersama. Tapi kini kau kehilangan mereka untuk selamanya. Renungkan,
rasakan dan tumpahkan jika kamu merasakan hal yang aku rasa. Itu lah yang ada
dipikiran saya pada waktu itu.
Mobil kami berhenti di bahu jalan setelah terowongan. Dari
sisi jalan tempat kejadian saya memperhatikan tikungan sebelum masuk
terowongan, itu lah tempat yang merenggut empat sahabatku. Di lokasi kejadian
masih ada beberapa petugas yang membersihkan sisa - sisa kecelakaan. Dan memberikan
tanda bagi pengendara lain untuk berhati-hati. Mobil korban sudah di derek
petugas tol.
TKP kejadian : kalau kalian dari arah banyumanik mau ke
arah jakarta, setelah bayar tol di gerbang tembalang jalanannya itu kan
menurun, terus arah ke jakarta ambil jalur kiri, di tikungan itu lah
kejadiannya. Sebelum terowongan, pas di tikungan. Kalian lihat kanannya, ada
jalan tol yang berbelok sama, yang dulu digunakan tapi sekarang jalan itu sudah di
tutup, digeser jalan berbelok yang sekarang ini.
Gina : kita ke tempat rumah almarhum aja yuk ?
Fadli : …………………………
Gina : yang, kalau kita ke rumah duka kamu bisa berjumpa
sama sahabat-sahabat kamu.
Gina : kamu bisa berjumpa sama mereka, berbela sungkawa ke
keluarganya, dan sahabat-sahabat mu sudah menanti mu di rumahnya. Sekarang mereka
mengharapkan kedatangan mu.
Fadli : ini salah saya ! coba kalau malam ini saya gak
mengundang mereka ke rumah ?? apa bakal terjadi seperti ini ?!!
Gina : ini bukan salah mu yang, Ini sudah kehendak Tuhan.
Kita jalan ya..
Saya hanya nurut apa yang diucapkan gina menuju ke rumah duka.
Saya meminta gina melajukan mobilnya ke rumah duka Alm. Andi terlebih
dahulu. Sepanjang perjalanan saya hanya diam. Entah apa yang gina ucapkan, indera
pendengaran saya seperti tidak mendengarnya. Mungkin karena saya dalam suasana
duka yang mendalam.
Diujung jalan gang rumah duka Alm. Andi bendera warna kuning
di sematkan pada tiang. Mobil tidak bisa masuk lebih jauh lagi. Hanya motor yang
masih bisa masuk mendekat ke rumah duka. Saya dan gina berjalan menyalami
tetangga Alm. Andi yang sudah datang terlebih dahulu. Saya dan gina duduk di kursi
yang sudah disediakan. Obrolan dari tetangga almarhum terdengar di telinga kami
berdua. Mereka bertanya-tanya soal kematian Andi. Sungguh risih rasanya di
telinga kami.
Menurut pihak kepolisian dan pihak jasa marga : kecelakaan
yang merenggut mereka berempat karena mobil melaju terlalu kencang, ban depan
mobil meletus dan kehilangan kendali saat di tikungan yang menjadikan mobil
terguling.
Mata saya tertuju pada orang yang sangat aku kenal, adek
perempuan Andi. Dia datang menghampiriku memberikan salam dan memeluk ku.
Kesedihannya tidak bisa ditutupi.
Tessa : kak, tolong maafin mas andi ya kalau ada salah. Kak
fadli sekarang sendiri
Pecah tangisan tessa adik dari almarhum. Karena tessa sudah
terbiasa melihat saya bersama andi dan teman-teman lainnya. Tapi kali ini tessa hanya
melihat saya seorang diri.
Tessa mempersilahkan saya bertemu andi untuk yang terakhir kali
nya sebelum di kubur. Di ruang tamu ibunda andi duduk bersimpuh di bawah
menangisi jenazah putra tercintanya. Ayah alm. andi menyalami saya terlihat
tegar mengalami musibah ini. Mengucapkan “kita harus ikhlas mas kita harus
mengikhlas kan andi” kita saling menguatkan diri.
saya di persilahkan keluarga almarhum untuk men-shalati andi.
Gina yang mendengar ucapan tersebut menjadi khawatir, kena air wudhu saja fadli
rasanya seperti disiram air panas, apa lagi sampai shalat ? mungkin bisa kejang-kejang di tempat. Itu lah yang gina takutkan kalau apa yang saya alami akan menjadi perhatian
di sekitaran warga dan keluarga almarhum.
Gina : maaf bapak ibu kami berbela sungkawa sebesarnya. Besok
saja fadli ikut men-shalati alm. Andi secara berjamaah sebelum di kuburkan.
Karena kebetulan saya dan fadli harus menuju rumah duka mas beni, doni dan
farid. Mumpung belum kemaleman.
Alasan dari gina pada keluarga almarhum untuk membawa saya pergi
dari rumah duka andi, Saya hanya diam karena memang tidak berfikir sejauh apa yang
gina pikirkan. Mendengar penjelasan dari gina, keluarga andi memahami kondisi
kami yang masih harus mengunjungi rumah duka sahabat saya lainnya.
Di tempat rumah duka beni, doni mau pun farid hal yang terjadi
sama saja. Saya tidak bisa men-shalati, membaca kan yasin dan mendoakan sahabat-sahabat terbaik saya. Saya hanya bisa mengucapkan bela sungkawa, menangis dan melihat
sahabat saya untuk terakhir kalinya. Itupun dalam keadaan sudah menjadi jenazah, pantaskah saya disebut sahabat mereka ?
Saya percaya ini takdir Tuhan, saya percaya ini kehendak
Tuhan, dan saya percaya ini rencana Tuhan.
Fadli : ini kah jalan saya Ya ALLAH ?
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 19"
Posting Komentar