Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 2
Senin, 25 Februari 2019
Tulis Komentar
Lawang Sewu
Setelah melihat hasil foto dan rekaman di hotel rasanya kami semua tidak percaya. Gimana tidak? Karena hasil yang kami dapatkan tidak ada gambar dan suaranya sama sekali. Semua berwarna gelap. Kecuali hasil gambar dan video sebelum kami memasuki hotel tersebut.
----------------
"Gimana neh?? Rasanya sia-sia apa yang kita lakukan semalam" ucap gw yang masih memutar kembali rekaman video dari handycam seakan masih tidak percaya. Begitu pula dengan temen-temen yang lain. Andi mengusulkan untuk kembali hunting di hotel. Tapi gw dan temen yg lain keberatan. Karena paling tidak kita harus mencari lokasi baru.
"Kalau ke lawang sewu pada setuju enggak?" Usul doni ke temen-temen yang masih pada tiduran di sofa dan kasur lipat.
"Oo asu ki! Luweh medeni ndes! Gah, wedi aku." Protes farid yang mendengar usulan doni. Gw juga memaklumi kalau farid segitu takutnya. Mengingat yang dituju adalah lawang sewu. Kalau dibandingkan dengan lawang sewu yang sekarang, mungkin mulut farid tidak akan mengucapkan kalimat tersebut.
"Gimana kalau kita cek lokasi lawang sewu nya siang dulu? Kita lihat sikon dulu disana. Kalau memang enggak memungkinkan ya jangan di lanjut." Mendengar penjelasan gw temen-temen yang lain sejenak berpikir dan mereka setuju. Lebih masuk akal kata farid.
Apa yang dipikiran kalian tentang lawang sewu? Bangunan bersejarah peninggalan penjajah?? Atau simbol landmark kota semarang yang menjadi saksi pertempuran lima hari di semarang?? Atau hanya bangunan yang megah tapi horror banyak demitnya?
Tetapi kami saat itu mengenal lawang sewu bukan karena dari bangunannya atau kisah horrornya. Tapi sosok yg tinggal di halaman belakang lawang sewu dan menjadi juru kunci lawang sewu. Mungkin sebagian agan-agan ada yg kenal beliau. Bagi yang belum kenal, gw perkenalkan beliau adalah Mbah Tunggak.
Mbah Tunggak ini orang dari jaman penjajahan. Merupakan Veteran yang ikut andil dalam sejarah bangsa Indonesia. Walaupun usia nya sudah menginjak 70 tahunan lebih (gw lupa tepatnya berapa) tapi fisik beliau masih bugar seperti umur 50 tahun. Bahkan masih sanggup menghisap rokok kretek tanpa nafas yg tersenggal senggal. Beliau bisa menempati lawang sewu dan menjadi juru kunci nya atas mandat dari mantan Presiden Soeharto. Kami ditunjukan salah satu foto sejarah beliau bersama Pak Harto menanam sejumlah tanaman di lawang sewu. Selain mengenal betul seluk beluk lawang sewu ini, satu lagi kelebihan beliau, mbah tunggak ini sangat fasih berbahasa inggris, belanda dan jepang. Dengan semangat 45 mbah tunggak menceritakan sejarah kepada kami semua.
"Makasih mbah, kita semua jadi bertambah pengetahuannya tentang sejarah." Ucap gw yang mendengarkan cerita sejarah dari seorang pejuang yang masih hidup. Kami semua tidak bosan mendengar cerita sejarah dari mbah tunggak di gubuk kecil ini. Gubuk yang letaknya dibelakang lawang sewu. Gubuk yang menjadi tempat tinggal mbah tunggak. Sebenarnya mbah tunggak diberikan tempat tinggal di salah satu bangunan lawang sewu, yg sekarang menjadi ruang/kantor pengelola lawang sewu. Tp beliau memilih tinggal di gubuk. Sedangkan anak-anak beliau dan cucu nya tinggal di bangunan tersebut.
"Mau keliling di dalam sekarang apa nanti malam??" Tanya mbah tunggak ke kami semua.
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 2"
Posting Komentar