Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 3

Lawang Sewu part 1


Ruang bawah tanah

Gw, andi, doni, beni dan farid memilih malam hari untuk menjelajahi lawang sewu. Kami berani malam hari karena adanya mbah tunggak yang menjadi juru kunci. Orang yg tepat dan tau betul bangunan sejarah ini.

"Kita nanti malam bawa senter yg agak besar, ada yg punya?" Tanya gw ke temen-temen. Farid menyanggupi pertanyaan gw. Kali ini persiapan kita jauh lebih matang dari sebelumnya.

Jam 23.00 wib kami semua sudah tiba di lawang sewu. Mobil kita parkirkan di ruko samping lawang sewu. Langkah ini menyusuri sungai di samping lawang sewu. Kami langsung menuju gubuk tempat tinggal mbah tunggak yg ada dibelakang. Nampaknya mbah tunggak sudah menunggu kedatangan kami. Duduk di depan gubuk sambil menghisap rokok kretek dan menikmati kopi hitam disampingnya.

"Assalamualaikum mbah?" Sapa kami kepada beliau yang menyadari kedatangan kita semua.

"Sudah siap semua? Ngapain bawa senter? Katanya pengen lihat? Ini mbah sudah menyediakan lilin buat penerangan di dalam. Enggak perlu bawa senter. Senter ditinggal disini saja!" Ucap mbah tunggak yang melihat kami membawa dua senter besar. Dengan ijin beliau juga kami diperbolehkan merekam dan mengambil gambar dari handycam dan kamera yang kita bawa.

"Kita mulai dari sini. Ruangan bawah tanah!" Dengan hati-hati kami masuk melalui celah kecil atau bisa disebut selokan. Mbah tunggak langsung menyalakan lilin yang dibawanya dan sebelum melangkah lebih jauh beliau memimpin doa. Beliau berdoa dengan cara islam, kristen, katolik, hindu dan budha semua dibaca! Kami yang mendengar heran plus kagum dengan sosok beliau.

"Liputan liputan..utamakan liputan" ucap andi ke doni dan beni yg memegang handycam. Gw hanya tersenyum kecil mendengar ucapan andi.

Suara air semata kaki yang menggenang terdengar karena langkah kaki ini berjalan menyusuri lorong bawah tanah lawang sewu. Mbah tunggak menceritakan apa yang pernah terjadi di dalam sini. Mulai dari jaman era belanda hingga penjajahan jepang. Dari penjara berdiri (yang hanya cukup ditempati dua sampai empat orang) & penjara duduk bagi yang melawan jepang. Yang belum mati juga di penjara duduk/jongkok, tentara jepang akan mengisi air di penjara tersebut untuk menenggelamkan tahanan penjara duduk/jongkok. Semua bergidik ngeri mendengar cerita mbah tunggak. Tidak ada yg berani berjalan yang paling belakang. Semua berjajar. Kecuali disaat pindah ruang kesisi ruang lainnya semua harus gantian memasukinya. Tidak semua ruang bawah tanah yang terhubung memiliki akses pintu yang mudah di lalui.

Ada dua ruangan bawah tanah yang memang ditutup secara permanen. Kedua lorong tersebut salah satunya mengarah ke pelabuhan tanjung emas dan satunya lagi mengarah ke salah satu rumah sakit. Kenapa ditutup?? Alasannya tidak bisa dijelaskan melalui cerita ini.

"Bentar fad, handycam batrai nya lowbet neh. Berenti dulu ganti bentar" seru beni ke gw untuk meminta mbah tunggak berhenti sebentar. Kita berhenti di lorong yang ternyata pada tahun 2007 (kl enggak salah dibuat lokasi uji nyali acara dunia lain).

Temen-temen yang lain mendengar cerita mbah tunggak dengan serius tentang masa lalu ruang bawah tanah ini di masa penjajahan jepang. Sementara beni lg fokus mengganti baterai handycam yang dia bawa, gw lagi melihat mbah tunggak yang tidak merasakan panas sedikitpun akibat dari tetesan lilin yang beliau pegang di tangan kanannya. Kekaguman gw pecah sekita kami semua mendengar langkah kaki menghampiri keberadaan kami.

"Mbah.." Kata itu cukup mewakili perasaan takut yang kita rasakan.

"Hoi ! Ojo ganggu putu ku!!" Bentak mbah tunggak kearah lorong gelap disisi belakang kami. Mbah tunggak meminta kami jalan di depan, sedangkan beliau ada dibelakang kami.

Mata ini tak sanggup mengelak apa yang kita lihat disisi lorong berikutnya. Sungguh pemandangan yang rasanya kita semua berharap ini hanya lah mimpi belaka. Berdiri melayang sosok perempuan dengan wajah penuh luka dan berambut panjang tersenyum cekikian menatap kami. Untuk pertama kalinya gw dan temen-temen melihat penampakan begitu jelas. Sangat beda apa yang kita lihat selama ini di film-film. Mbah tunggak langsung melangkah ke depan mencegah kami supaya tidak lari. Terlihat mulut mbah tunggak komat kamit membaca doa. Tapi mulut kami semua terkunci tak satu pun dari kita yg sanggup mengucap doa. Bahkan untuk baca istighfar saja mulut ini tidak sanggup berkata.


Setelah penampakan di depan kami ini hilang, mbah tunggak mengajak kami keluar dari ruang bawah tanah secepatnya. Melalui tangga dari ruang bawah tanah menuju ke gedung bagian sayap kanan lawang sewu.


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 3"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel