Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 4

Lawang Sewu part 2

Kita semua sekarang sudah berada di gedung lawang sewu sisi bagian sayap kanan. Suasananya lembab, tapi tak selembab ruang bawah tanah. Gw, andi, doni, beni dan farid masih merasa ngeri dengan kejadian penampakan di ruang bawah tanah. Harusnya penampakan yang kita lihat di ruang bawah tanah, sudah cukup memberikan alasan untuk mengakhiri perjalanan kami. Namun rasa penasaran lebih jauh mengalahkan niat kami untuk mengakhiri.

"Mbah kok bau amis darah ya?" Gw bertanya ke mbah tunggak karena indera penciuman hidung ini mencium seperti bau darah yang masih segar dan terasa sangat pekat di hidung. Temen-temen yang lain juga merasakan hal yang sama.

"Dewe metu seko ruangan ini wae. Kalau diterusin lewat sini untuk menuju lobi depan nanti sampeyan-sampeyan ndak kuat" ucap mbah tunggak yg sepertinya juga merasakan dan tau kejadian apa yang akan menimpa kami semua jika dilanjutkan lewat dalam gedung sayap kanan lawang sewu ini. Mungkin beliau paham sebatas apa kemampuan kami bertahan dengan gangguan ghaib.

Menyusuri jalan di luar bangunan membuat kami merasakan mendapat angin segar. Suasana kembali berubah ketika kami sudah memasuki lobi utama lawang sewu.


Foto lobi utama pada siang hari.

"Sungguh megah bangunan bersejarah ini mempunyai kelas nya tersendiri" puji kami yang terkagum dengan struktur bangunan lobi utama. Terutama di bagian kaca terdapat ornamen seperti lukisan gambar (gw enggak tau namanya apa).

"Sudah? Ayok kita naik ke lantai 2" ajak mbah tunggak yang melihat kita seperti sudah puas mengambil beberapa gambar dan rekaman di lobi utama lawang sewu. Begitu menaiki anak tangga lantai 2 mbah tunggak bercerita apa saja yg terjadi disini dan sambil mengganti lilin yang mulai terlihat mau habis.


"Astagfirullah..Allahu Akbar...!" Teriak beni beristighfaf karena kami semua melihat penampakan perempuan dengan posisi kepala menunduk dan wajah tertutup dengan rambut (kurang lebih seperti gambar diatas). berjarak hanya 2-3 meter di depan kami. Gw sempet melihat ekspresi mbah tunggak agak sedikit kaget. Reaksi doni dan andi langsung menutup mata dan membuang pandangan. Reaksi dari farid saat itu tangannya mencoba mengumpulkan kekuatan untuk mengambil gambar. Tapi gw melarangnya dengan isyarat tangan gw, farid sudah paham.

"La La La Land!!!" Gw gak ngerti bahasanya gan yang diucapkan itu bahasa belanda. Gw bikin ilustrasi dia ngomong gitu aja. Soalnya gw lupa detail ngomongnya.

Mbah tunggak yang tau dan hanya mbah tunggak yang menjawab. Setelah sosok penampakan tersebut hilang, mbah tunggak hanya menjelaskan kalau malam ini kita di larang memasuki ruangan jenderal. Merupakan salah satu ruangan yang bersejarah untuk bangsa Indonesia.

"Deg.. Deg.. Deg.." Sepanjang perjalanan di lorong lantai dua kami mendengar suara langkah yang melompat lompat mengikuti kami. Tapi kalau di lihat ke arah belakang tidak nampak wujudnya dan suara hilang.

"Sak ngertiku ning kene orak ono pocong. Dadi iku suoro sing lompat-lompat dudu pocong. Dan pocong iku ora lompat-lompat koyok ning film ngono kae" ucap mbah tunggak yang sepertinya tau pikiran kami.


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 4"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel