Keranda Terbang

Keranda Terbang

Pengalaman ini gw alami sekitar usia empat tahun, kebetulan gw ini anak titipan karena kedua orang tua bekerja, mereka biasanya berangkat dari pukul 05.00 sampai pukul 17.00 Selain gw anak asuh titipan nenek dan kakek... di sekolahpun gw juga "titipan". U know lah jika orang tua berkehendak apa yang terjadi pada anak.

Sehabis sholat subuh sudah menjadi kegiatan rutin gw dan kakek untuk jalan pagi, lokasi rumah kakek ini berada di Cijantung - Jakarta Timur dan kisah ini kisaran tahun 1994. Mungkin ada yang pernah kesini? atau memang anak sini?

Nah nenek gw ini biasanya keluar rumah pukul 01.30 dini hari untuk membeli sayur-mayur di Keramat Jati dan pulangnya pukul 04.00 subuh. Biasanya gw jalan pagi sama kakek sehabis sholat subuh atau sekelarnya bantuin nenek nyusun barang dagangannya.

Di hari itu tumben-tumbennya gw bangun lebih awal dan ngintil kakek untuk menjemput nenek di pinggir jalan depan hutan kota, orang sini biasa menyebutnya dengan hutan Kalimantan karena di tepi hutan tersebut terdapat nama jalan perumahan yaitu Kalimantan 1 & 2.

Jam segitu jalanan sepi, jangankan banci.. bandit pun pada lari karena kebetulan lokasinya di markas Kopassus juga si :hammers Sambil ngerokok-ngerokok sebats, duabats (kakek gw) akhirnya yang di tunggu datang. Satu-satunya lampu kendaraan yang menyorot terang dari kejauhan,

لا إله إلا الله,لا إله إلا الله,لا إله إلا الله
LA ILAHA ILLALLAH, LA ILAHA ILLALLAH, LA ILAHA ILLALLAH

"Siapa yang ngaji.. kenceng amat" ucap gw dalam hati.
Di tempat kita berdiri tidak ada masjid dan kita berjarak seratus meter dengan rumah penduduk, tapi suara ini jelas banget dan perlahan semangkin kencang.

Sewaktu kecil gw parno banget denger kalimat tersebut, mungkin karena sejak kecil terbiasa dengan film-film hantu dan terbayang scane pemakaman, tapi kali ini gw denger langsung dan parahnya disitu cuman ada gw dan kakek.

Cahaya yang gw kira lampu mobil itu mendekat dan berhenti di depan gw, nenekpun turun dan membayar ongkos perjalanan. Di situ kakek gw bantu nurunin barang belanjaan dari "angkot" tersebut, angkot yang gw lihat lebih mirip dengan keranda mayat. 

Diem..disitu gw diem dan terpaku, sampai akhirnya tersadar ketika kakek ngusap muka gw. (seperti kita sehabis baca doa kelar sholat gitu cara ngusapnya).

 nenek tadi naik apa? celetuk kakek gw,

Hening...

gw yang masih bego-bego lugu dengan apa yang barusan gw liat,

 tadi di dalam angkot orangnya sombong-sombong, nenek ajak ngobrol pada gak nyaut
 emang angkot langganan nenek kemana?
 nenek kira dia gak narik, tapi tadi ketemu di jalan.. dia teriak-teriak manggil nenek, terus disuruh turun.

Ya mungkin nenek gak enak hati harus pindah angkot saat itu. Dan gw masih ngeliatin keranda itu berlalu bersamaan dengan suara tersebut. Sambil berjalan kearah pulang akhirnya si kakek bilang kalau yang di naikin nenek adalah keranda mayat, kalian tau ekspresi nenek gw setelah kakek ngomong begitu? nenek gw jawab "iya tau kok, tapi nanggung mau turun udah deket"

Whaaaaaaaattttt.....??????

 Nenek tau pas deket HERO, (Sebelum Graha Mall Cijantung berdiri, dulunya disitu ada supermarket namanya HERO) tadi ojek-ojek pangkalan pada kabur melihat nenek lewat, disitu nenek merasa dingin.. naik mobil kok seperti naik motor, anginnya menerpa langsung kebadan dan pas nenek liat ke depan tiba-tiba penumpang lainnya hilang dan gak ada supirnya juga...

Ya Allah Ya Tuhan...
gw yang liat aja mau nangis kenapa jawaban nenek bisa setenang itu..

Kalau digambarkan seperti keranda pada umumnya lengkap dengan tudung hijau bertuliskan arab, melayangnya sepinggang orang dewasalah kira-kira.. gak ada yang angkat, apalagi supirnya.. terbang aja gitu kaya di film-film.

Menurut nenek gw, dia sengaja seolah-olah membayar dan melakukan transaksi seperti biasa sebagai bentuk terima kasih walau entah sama siapa.

Gw juga ngeliat keranda itu menghilang di kegelapan, saat kakek nenek gw membereskan bawaan yang diturunkan dari angkot saiton nirojim tersebut.. kalau kalian paham lokasi ini disarankan berhati-hati atau sekedar permisi yaa minimal tidak ugal-ugalan sehingga memancing terjadinya kecelakaan. Lokasi tersebut ada di turunan kolam renang Tirta Yudha.


Itu turunan yang gw maksud baik di sisi kanan maupun kiri, jalanan ini cekung dan di cekungan itu bawahnya mengalir anak sungai Ciliwung.
kalau kalian paham lokasi ini disarankan berhati-hati atau sekedar permisi yaa minimal tidak ugal-ugalan sehingga memancing terjadinya kecelakaan.
Kirim-kirim doa buat keselamatan kalian sendiri, karena disini memang banyak kejadian aneh dan memakan korban salah satunya temen main gw yang rumahnya berimpitan dengan rumah nenek, doi meninggal disitu saat hendak menyebrang mau nonton terjun payung di kala Kopassus berulang tahun.

tidak berkendara yang memancing terjadinya kecelakaan?
Ini gak ngaruh juga sih
Soalnya gw sama bapak gw pernah lewat sini tengah malem dan di depannya ada satu motor sedang melintas sendirian lalu tiba-tiba jatuh terguling-guling tanpa sebab yang jelas..

Terus kita bantuin(?) ya enggak dong, kita melengos halus di samping dia yang kebetulan kondisinya baik-baik saja karena langsung dapat mendirikan motornya. Gw sama bapak gw cuman cengar-cengir karena tau itu perbuatan siapa 

Balik lagi ke cerita, keranda itu hilang bersama gelap di turunan tersebut dan sayup-sayup suara kalimat tersebut juga perlahan hilang. Akhirnya cerita tersebut menyebar bersamaan dengan sayur-mayur nenek yang terjual habis, setelah menghabiskan fajar dengan menguping ibu-ibu ngerumpi, ternyata warga sekitar udah pada gak heran dengan hal tersebut malahan ada yang bercerita dikejar penampakan hantu kepala beserta usus doang, lokasinya di komplek sekolah sudirman (belakang rumah nenek gw).

Pada jaman itu memang Cijantung masih horor dan tidak seramai sekarang, masih banyak kebun di kiri dan kanan jalan. Cukup banyak sih cerita gw di tempat ini, terutama di hutan kotanya ADA UNICORN CUI hahaha, mau percaya ataupun tidak ya monggo..

Oya kenapa gw bisa mengingat garis besar kejadian karena cerita ini selalu jadi banyolan keluarga dari tahun ketahun saat kumpul bersama walau mereka sekarang sudah tiada.
Sekian flashback pengalaman gw, bila ada kesempatan akan gw sambung lagi membahas sisi lain di kota Cijantung, salam.

Belum ada Komentar untuk "Keranda Terbang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel