Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 27

Ini adalah part yang menjadi inti bagian kisah hidup saya. Part yang akan menjadi penghubung cerita. Part titik awal saya melangkah kearah kegelapan dan duka.

Masa masa KKN 1.0


Karena banyaknya pertanyaan teman-teman soal pendamping alm.ayah saya itu bukan di wariskan kepada saya melainkan di wariskan kepada keluarga, jadi sampai saat ini saya tidak pernah melihat sosok penampakannya. Hanya ibu, kakak, dan mbak ipar saya yang pernah melihat. Lebih lengkapnya akan saya ceritakan di part lain. Bukan di part ini.

"Devi, Rahmat, Hendrik, Ivan, Aldi, Desti, Putri, Sasa, Radit, Fadli" saya membaca kelompok KKN di lembar kertas. Kami dapat jatah di kota batik pekalongan, lebih tepatnya di desa ********.

"Wah ceweknya ada 4 nih. Banyak juga"
Gumam saya dalam hati.

Setelah saya selesai mengajukan proposal skripsi ke dosbing, saya menemui dosen wali saya. Beliau bernama Bpk Mul (nama saya penggal, saya samarkan). Saya hendak meminta tanda tangannya untuk mengikuti kegiatan KKN. Beberapa waktu yang lalu saya sempat ketemu beliau di kantor BPN. Alhamdulillah beliau masih mengenal saya dan beliau memanggil saya dengan nama adli. Nama yang biasa beliau panggil disaat masih kuliah.

"Yowes, sing ati-ati yo mas selama kegiatan disana. Jangan bikin malu nama Undip. Khususnya fakultas hukum." Pesan beliau kepada saya.

Sore hari saya masih di kampus, masih nungguin Gina yang juga minta tanda tangan dosen wali. Tak terasa saya sebentar lagi menjadi lulusan fak.hukum undip. Bangga rasanya menjadi alumni Panji Diponegoro.

"Mat ini mau kumpul kapan kelompok kita bahas KKN?"
Tanya saya menghubungi si Rahmat ketua kelompok KKN.

"Besok kamis wae gmn?"
Jawab Rahmat.

"Iki dino rebu lho (ini hari rabu lho). Berarti kamis besok itu??"
Tanya saya kembali ke si Rahmat memastikan hari.

"Iyo bos...wes tenang wae, aku sing hubungi bocah-bocah liyane. Tak kabari cah-cah sek. Sampeyan sponsori pulsa ya hahaha (iya bos...sudah tenang saja, aku yang hubungi anak-anak lainnya. Aku kabari anak-anak dulu. Kamu sponsori pulsa ya hahaha)", jawab Rahmat.

Mendengar jawaban Rahmat, saya juga ikut tertawa dan mengakhiri pembicaraan via telepon. Saya dan teman saya yang bernama Rahmat ini ya bisa dikatakan kita dekat. Seringnya kita berdua sekelas menjadikan hubungan pertemanan seperti tanpa batas. Kebetulan juga saya dan Rahmat satu jurusan. Kami berdua mengambil penjurusan perdata murni. Kelompok KKN juga yang saya kenal cuma si Rahmat, Ivan dan Aldi. Selain itu saya belum mengenalnya. Jaman kuliah saya cuma punya teman dekat beberapa saja. Kerana masa kuliah saya sering berdua sama Gina saja.

"Yang aku dapat tempat KKN di cepiring nih!"
Ucap Gina keluar dari gedung utama FH ke saya yang duduk di dekat pintu.

"Wah ya syukur dekat"
Balas saya ke Gina. Sebenarnya saya iri pada Gina. Karena dia mendapat tempat yang lebih dekat.

"Masiyo carek tapi lek kangen yo opo?"
Ucap Gina dengan logat Surabaya nya.

"Halah..lebay!"
Jawab saya nyengir ke arah Gina.

"Gak atek kangen ta?"
tanya Gina manja. Tindak tanduke kalem radigawe. larang eseme nggregetake.

Melihat tingkah lakunya, saya langsung mengusap kepalanya. Rasa kasmaran ini tidak mempedulikan lingkungan. Berasa hanya ada kita berdua hehe. Kami berdua melangkah keluar kampus. Jalan kaki ke arah embong A. Yani menunggu bus Damri (dulu belum ada taksi online). Pada hari itu saya tidak membawa mobil atau motor, Gina ikut pulang saya ke rumah karena malam ini ibu saya berulang tahun. Ada perayaan syukuran kecil- kecilan di rumah dan ke empat sahabat saya juga ikut datang malam ini.

"Eh yang, kamu KKN di cepiring itu ceweknya ada berapa?"
Tanya saya ke Gina yang sudah berada di dalam bus damri.

"Hmm...ceweknya cuma ada dua orang. Aku sama Tyas. Inget Tyas kan?"
Jawab Gina.

"Sepuluh orang, ceweknya cuma dua, cowoknya ada delapan. Bahaya juga.. apa lagi Tyas setau saya orangnya agak nakal. Was was nih", gumam saya dalam hati melirik ke arah Gina kemudian memandang kembali ke depan.

"Kenapa sayang? Takut ya aku di usilin? Hahaha"
Gina menebak pikiran saya.

"Biasa saja.."
Jawab saya sok cool. Padahal iya takut di usilin haha.

Gina malah makin ketawa mendengar jawaban dan melihat tingkah laku saya. Malah makin jadi ini anak menggoda perasaan saya. Itu lah salah satu sifat Gina yang merasa dirinya primadona di fakultas hukum undip.

Kami berdua turun di dekat agen bus nusantara, sekarang ada minimarket nya di depan gang. Kami melanjutkan jalan kaki ke rumah melewati pos depan komplek jika jalan sendirian maka tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tapi jika jalan sama perempuan cukup was-was sama tutur kata penjaga pos depan komplek, maklum lingkungan prostitusi.

"icik iwiirrr...anyar(baru) mas?"
Goda penjaga pos depan komplek.

"Heh! Anyar ndas mu..  iki pacarku!"
Jawab saya agak sedikit geli sebenarnya mendengar ucapan penjaga pos.

"Hahahhahaa guyon- guyon (bercanda-canda) mas.."

Saya hanya mengacungkan jempol ke arah mereka. Gina hanya melempar senyum menyapa penjaga pos komplek. Gina tidak mempermasalahkan ucapan penjaga pos depan. Doi tau mereka hanya bercanda.

Acara syukuran ulang tahun ibu saya malam itu berjalan sesuai harapan. Harapan dan doa di ucapkan oleh ibu saya, kami yang berada disitu mengamini nya. Termasuk ke empat sahabat saya yang hadir saat itu. Diluar dugaan, ke empat sahabat saya memberikan kado ke ibunda tercinta saya. Begitu juga dengan Gina. Cuma saya yang tidak memberikan hadiah. Saya hanya memberikan doa saat itu. Kalau sekarang? Saya memberikan kekecewaan yang teramat besar.

"Fad, katanya Gina kamu KKN di daerah Pekalongan ya?"
Tanya Andi ke saya.

"Iyo bro, lha km KKN dmn?"
Tanya saya balik ke Andi.

"Ahahahaa aku masih menikmati kuliah dulu Fad. Baru semester depan lah. Ngapain juga lulus cepet-cepet? Haha", jawab pembelaan Andi.

"Ah kampret. Inget, universitas kamu itu terkenal banget susahnya kalau mau lulus." Ucap saya.

Mendengar nasehat saya Andi terlihat berpikir sejenak. Tak lama kemudian ketiga sahabat saya ikut bergabung di teras rumah. Mereka semua memberikan nasehat kepada saya supaya nanti KKN di Pekalongan jangan melakukan hal konyol, sungguh perhatian ke empat sahabat saya ini. Bahkan mereka siap membantu kelompok KKN saya jika dibutuhkan. Sahabat atau keluarga itu jangan setengah-setengah menjalaninya, apa pun yang bisa dilakukan maka lakukan lah dengan ikhlas. Itu prinsip mereka yang menular ke saya.

"Fad iki nek ora ono congyang rasanya kurang goyang haha (Fad ini kalau gak ada congyang rasanya enggak goyang haha. Congyang = minuman keras khas Semarang)." Ucap Farid ke saya dan di amini ketiga sahabat saya.

"Yaudah, sini 25rb pertama."
Balas saya sambil menyodorkan tangan ke mereka minta uang iuran.

"Tak kiro malam spesial ki entuk gratisan. Jebule tetep urunan. Hadeh.. (aku kira malam spesial ini dapat gratisan. Ternyata masih tetap iuran. Hadeh..)" Keluh mereka berempat.

"Wes tenang...nanti aku nambahi dua botol lagi dari total dapet berapa."
Mendengar jawaban saya ke empat sahabat saya sumringah bersemangat.


Part ini awal dari sambungan cerita yang saya tulis. Part yang harusnya saya tulis sebelum part warisan. Part masa masa KKN kemungkinan sampai part 1.8. Cukup panjang memang. Karena saya ingin menyampaikan keseluruhannya. Selamat sore.. selamat membaca part yang menjadi inti dari kisah saya ini. Salam..



Bersambung... 

Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 27"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel