Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 6
Sabtu, 21 Desember 2019
Tulis Komentar
Gina & Noni (part side story)
Ijinkan saya untuk menulis dan menjadi bagian dari kisah Fadli.
Nama saya tidak lah penting. Saya hanyalah seorang jurnalis di salah satu media
cetak di kota lumpia Semarang. Fadli menjuluki saya dengan sebutan 'wartawan
bodrex'. Hmm... oke soal itu saya tidak masalah. Yang saya sayangkan, kenapa Fadli
tidak mengikuti jejak alm.bapaknya? Padahal saya ingin mengkritik habis-habisan
tentang dirinya jika doi terjun ke dunia politik. Bisa dikata mungkin
menjatuhkan dirinya. Ya itu lah pekerjaan saya secara garis besarnya.
Adanya perbedaan bahasa dan penulisan, sekiranya mohon di
maklumi. Oke, kita lanjut ke cerita.
Sore hari ini Fadli menunggu sang pujaan hati yang masih
mengikuti perkuliahan. Menunggu bukan lah sesuatu yang menyenangkan baginya.
Tapi demi pujaan hatinya, Fadli rela menunggu walau sudah lebih dari dua jam.
Kalau hal ini saya memaklumi karena kadung cinta sedang mengalun sedih. Eh
maksud saya sedang berbunga-bunga.
"Nenek-nenek mati ketiban tai?" (Dibaca : korban
rem blong truk sedot wc. red,-)
Headline surat kabar yang harusnya menarik dibaca isi
beritanya tapi tidak bagi Fadli. Sesekali dibolak-balik dan tidak ada yang
menarik, diletakan kembali disampingnya. Lalu kenapa Fadli barusan membeli koran
tersebut kalau tidak dibaca? Apa mau buat bungkus gorengan? Atau karena kasihan
sama penjual koran yang keliling di dalam kampusnya? Kalau itu alasannya,
terlalu klise.
Tanpa terdengar langkah suara kaki dan menyapa, Gina sudah
berdiri di belakang Fadli. Entah apa yang dipikirkan Fadli sampai tidak
menyadari Gina sudah bersamanya. Pelukan yang hangat dari belakang dilakukan
oleh Gina membuat kesunyian hati yang dirasakan Fadli secara tiba-tiba sirna
seketika. Rasa kesal yang Fadli rasakan juga pudar diganti rasa nyaman yang
diberikan Gina.
"Maaf ya sayang lama. Padahal jam kuliah sudah selesai.
Tapi pak dosennya belum juga mengakhiri perkuliahan" ucap Gina yang masih
enggan melepas pelukannya. Sebenarnya Gina tidak perlu menjelaskan alasan
kenapa perkuliahan menjadi lama. Karena Fadli sudah melupakan rasa kesal
menunggu lebih dari dua jam.
Selain menjadi perhatian beberapa mahasiswa yang melintas di
depan perpustakaan, mereka berdua juga di perhatikan noni. Senyum manis juga
ikut terkembang pada sosok noni yang melihat pasangan ini. Andai ada orang lain
yang bisa melihat noni selain Fadli, Gina dan ibu dosen, pasti akan terpukau
melihat kembangan senyuman dari noni. yang menampakan wujudnya tak jauh dari Fadli
dan Gina. Kalau saja noni manusia maka Fadli memiliki dua bidadari. Tapi
sungguh disayangkan noni bukan lah golongan anak adam dan hawa. Itu yang pernah
Fadli katakan.
Siapa kah noni itu? Sebelum saya menceritakan lebih jauh,
saya pribadi mau bertanya ke pembaca, sejauh apa kalian percaya dengan cerita
ini? Jika menurut teman-teman cerita ini tidak masuk akal dan diluar nalar maka
lebih baik jangan di lanjutkan. Segera close. Secara pribadi sebelum bertemu Fadli
saya juga merasakan hal sama yang mungkin teman-teman rasakan atau pikirkan.
Tetapi setelah bertemu Fadli semua yang pernah saya ragukan hilang sudah.
Noni, bukan wujud dari golongan manusia sebagaimana umumnya. Fadli
mulai di ikutin noni di saat kunjungan ke lawang sewu yang pertama. Tapi noni
ini bukan salah satu penghuni lawang sewu. Sosok noni berada di bangunan
belakang lawang sewu. Bangunan yang sekarang menjadi bank. Pertama kali noni
menampakan diri disaat Fadli hampir saja menikmati surga di dunia (baca di part
awal mereka ada disini). Kasihan, rejeki yang tertunda.
Wujud yang lama-lama makin jelas menampakan wujud ke Fadli
dalam wujud perempuan yang cantik berambut pirang. Menemani langkah Fadli
kemana pun dia melangkah. Tentunya noni tidak ikut melangkah tapi melayang. Dan
datang disaat keinginan noni sendiri. Bahkan beberapa kali tindakan bodoh yang
mau Fadli lakukan selalu noni memberi peringatan. Manusia di ingatkan jin?
Sungguh terlalu. Ya tapi itu lah yang terjadi.
Pendapat saya pribadi : saya memang tidak pernah melihat
noni. Tapi saya merasakan aura yang berbeda jika Fadli ditemani noni. Menurut
saya pribadi pendamping hidup itu harusnya manusia. Bukan golongan lain.
Alhamdulillah Fadli sudah tidak di dampingi. Itu yang saya tahu dari orangnya.
Gina, ah...saya tahu nama sebenarnya bukan ini. Entah kenapa Fadli
menyamarkan nama almarhumah dan bahkan tidak menyebut nama alm.ayahanda nya sendiri
di cerita ini. Mungkin ada alasan tersendiri yang saya juga tidak ingin
mengorek lebih jauh. Kembali ke cerita.
Wajah oriental yang tidak pernah menunjukan wajah kecewa dan
tidak pernah mengeluh akan kondisi yang di alami, harusnya Fadli bersyukur memiliki
Gina. Tapi yang seringkali Fadli lakukan kebalikannya. Untuk mengingat hari
ulang tahun istrinya saja Fadli harus melihat buku nikah. Andai saja Gina tahu
hal itu mungkin akan sedih. Tapi cukup menggelikan bagi saya yang mengetahui
hal tersebut. Gina ini salah satu orang yang paling setia mendampingi Fadli.
Saya bisa bilang begitu karena apa? Karena saya pernah melihat Fadli mengusir Gina
di depan saya sendiri. Di distro saya pula itu kejadiannya. Tapi tetap lah Gina
yang meminta maaf dan kembali pada Fadli.
Fadli menunjukan sisi romantis dan kasih sayang kepada orang
yang di sayanginya dengan cara dia sendiri. Contohnya kalau cuaca sedang tidak
bersahabat (hujan deras) Fadli selalu menghubungi ibu nya basa basi menanyakan
ibu pulang jam berapa dari kantor? Padahal disaat Fadli menghubungi beliau,
posisi Fadli sudah berada di parkiran kantor ibu nya. Fadli tahu, sopir pribadi
keluarganya tidak 24jam. Jadi yang dilakukan Fadli hanya tidak ingin ibunda nya
kesusahan pulang ke rumah dikala hujan datang. Saya tahu hal ini karena disaat
saya masih mencari berita di kantor pemprov seringkali menjumpai Fadli di
parkiran mobil.
Begitu juga dengan Gina. Fadli dibelakang Gina sudah mulai
menabung untuk menghalalkan dia, membeli emas kimpoi, dll nya. Itu dilakukan
olehnya disaat masih pacaran sama Gina dan almarhumah sampai menutup mata juga
tidak mengetahui hal ini. Bahkan disaat Fadli mengusir Gina yang saya
ceritakan, Fadli masih memanggilkan taksi dan memberi ongkos ke sopir taksi
mengantarkan Gina sampai ke tampat tujuan. Yang terbaik dilakukan oleh Fadli
adalah dia tidak pernah menduakan Gina. Kalau ini kebalikannya saya ke
pasangan. Pelajaran yang saya ambil dari Fadli yaitu niatan hati berbuat
sesuatu yang tidak pernah setengah hati ke pasangan, keluarga dan
teman-temannya. Orang yang apa adanya menjalani hidup.
Bahkan di tengah kesibukannya Fadli ini masih meluangkan
waktu jika ada teman teman yang mau berkunjung ke lawang sewu akan ditemani
nya. Ya walaupun harus dua minggu sebelum hari yang di janjikan. Karena saya
tahu Fadli harus mengatur jadwal dan ijin pulang ke semarang terlebih dahulu.
Sekian update dari saya. Mohon maaf kalau saya telat update
dikarenakan kesibukan kerjaan. Tentang part ini masih lanjut. Bahan yang
diberikan ke saya masih banyak.
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 6"
Posting Komentar