Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 17
Jumat, 15 Maret 2019
Tulis Komentar
Desa Randu 1.4
Kali ini gw di RS ditemenin reza. Kondisi fara belum membaik, tadi jalani CT scan, karena di leher belakang fara ada jendolan kecil. Dokter yang membaca hasilnya baru bisa datang lagi besok. Semoga fara baik-baik saja dan lekas sembuh. Amiin..
Part Alan
"Yang kamu alami apa lan? Kok kamu lari sampai ketakutan gitu"
Tanya gw menatap kearahnya. Gw sebenarnya agak kesel sama ini anak, bikin repot! Pakai acara kejar-kejaran segala. Bikin khawatir juga. Liat muka nya saat itu rasanya pengen gw gampar.
Penjelasan alan..
"Aku, bayu dan doni memang salah ninggalin kalian, kami malah memutuskan nunggu di mobil. Pas di mobil (diluarnya) aku ngelihat pohon randu sambil mbatin ini pohon randu kok gede amat. Nah pas lagi lihat keatas, mataku ini kayak lihat ada sosok bergelantungan di cabang pohon. Aku kucek mataku memastikan apa yang aku lihat beneran apa enggak"
Alan menjeda penjelasannya dengan minum teh manis yang di pegangnya. Menenangkan dirinya sendiri. Mencoba untuk enggak panik.
"Terus..yang aku lihat ternyata bener-bener ada!! Sosok wanita berpakaian warna merah lusuh, mengayunkan kaki nya, rambut acak-acakan, awalnya wajah terlihat pucat kemudian berubah mengeluarkan darah. Tatapan sosok itu tadinya menatap ke arah depannya. Tapi, perlahan lahan menatap ke bawah..ke arahku! Menatapku dendam kayak seperti aku punya salah pada nya".
"Aku berusaha baca-baca doa dan meminta yang lain ikut membaca doa juga. Tapi dia malah ketawa-ketawa melihat aku membaca doa. Ternyata doni sama bayu tidak melihat apa-apa. kemudian sosok itu melayang turun ke arahku. Terus.. kira-kira kalau kalian ada di posisi ku bagimana?"
Rasa sebel gw ke alan menghilang seketika mendengar penjelasan dari alan rasanya gw jadi merasa bersalah karena gw tidak di posisinya. Entah apa yang akan gw lakukan jika berada di posisi nya. Temen-temen yang lain juga diam hanya saling menatap.
"Aku memutuskan lari.. meninggalkan itu tempat! Kalau pun aku harus celaka, maka biar aku saja yang celaka, toh temen-temen yang lain tidak melihat. Dugaanku benar ! Aku di kejarnya. Dia terbang melayang di atas ku. Setelah aku jatuh di area sawah, sosok merah ini melayang di depanku ! Dia berkata, CELAKA LAH!!! Hiiiihiiiihiiiiii..! Aku melihat mulutnya mengeluarkan cairan hitam pekat"
"Sosok merah melayang di depanku ini hilang begitu mas aziz dan mas huda (kedua santri pak kiyai) di dekatku"
Begitulah kira-kira penjelasan dari alan yang gw inget.
Bagai di hantui kecemasan dan ketakutan setelah mendengarkan penjelasan reza dan alan. Semua terdiam berpikir. Entah apa yang mereka pikirkan saat itu. Yang gw pikirkan hanya lah sungguh ceroboh dan bodohnya langkah kami. Saat itu usia kami rata-rata 17-19 tahun harusnya kita habiskan untuk bersenang-senang. Bukan malah pergi nyari demit. Benar-bener kurang kerjaan! Kebodohan ini berawal dari hausnya rasa penasaran kami tentang keberadaan mereka. Bahkan saat itu gw masih mengira noni hanya lah khayalan pikiran gw. Apa yang akan kami hadapi di depan? Mau tidak mau harus menghadapi kenyataan.
"Fad ini gimana?"
Tanya doni yang terlihat ketakutan.
"Nanti coba kalau pak kiyai udah pulang kita coba membicarakan hal ini"
"Mas ayo sarapan dulu, sarapannya udah siap, di meja makan belakang ya" ucap salah satu santri pak kiyai mempersilahkan kami. Gw lupa nama nya.
Kami semua saling memandang karena sungkan. Masih duduk dibawah malu-malu hehe.
"Halah wes tho mas..ayo tho...iku lho lauk e iwak pithik (lauk legend), tempe goreng, iwak mujair goreng, sayur sop, sambel terasi. Anget-anget enak mas..ayo tho"
bujuk mas santri ini ke kami.
Sungguh sambutan yang hangat dari tuan rumah ke tamu seperti kami ini. Padahal perbuatan kami semalem secara tidak langsung sudah menyalahi desa ini. Rasanya benar-benar malu sama diri sendiri.
Di luar rumah pak kiyai, di tiap kelas/ruang pondok pesantren banyak anak santri membaca ayat suci. Suara mereka bisa kedengaran dari sini. Seperti suasana di kota santri, asik menyenangkan hati.
"Assalamu'alaikum.." salam pak kiyai memasuki rumahnya.
"Waalaikumsalam.." menjawab salam beliau.
Gw bergegas langsung menceritakan ke pak kiyai soal apa yang di alami sama reza dan alan. Pak kiyai mendengar kan cerita gw dengan serius. Sesekali beliau menanyakan ke reza dan alan. Harapan gw semoga pak kiyai mempunyai gambaran apa yang harus kita lakukan.
"Nak, bapak ini bukan orang sakti atau punya ilmu yang semacam itu. Kalau bapak menyarankan, bapak hanya bisa memberi saran, minta lah perlindungan kepada ALLAH SWT. Hanya itu perlindungan yang paling aman. Meminta lah hanya kepada-NYA. Mumpung ini jam shalat duha belum terlewat, lebih baik kalian segera shalat duha dan berdoa setelah itu."
Mendengar nasehat dari beliau sungguh bijak, pikir gw. Beliau tidak seperti menggurui kami. Beliau selalu memberi nasehat untuk selalu melibatkan ALLAH di setiap jalan mu.
"Shalat duha itu gimana pak kiyai cara nya??"
"ALLAH AKBAR...!" jawab beliau sambil mengelus dada.
Jujur aja saat itu kita-kita memang enggak tau. Cuma saling pandang plongah plongoh. Pernah diajarin sih sama orang tua. Tapi tetep aja gak di lakuin. Dari pada salah kan lebih baik bertanya cara nya hehehe..
Selesai shalat duha kami semua berpamitan sama pak kiyai dan beberapa santri yang ada. Pak kiyai memberikan siraman rohani sebelum kita pulang. Beliau memberikan bekal pelajaran utk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Pak kiyai sebenarnya menawarkan kami untuk disini dulu sampai sore hari. Tapi karena besok hari senin dan pertama kali masuk kelas 3 SMA maka kami harus berpamitan pulang. orang tua kita-kita juga udah pada nyariin.
"Jangan sungkan kalau mau main kesini lagi"
Tentu yang di maksud beliau adalah ke ponpes nya. Bukan ke tempat pesugihan. Sambil tersenyum beliau melepas kami. Seperti melepas santri yang hijrah ke kota.
"Assalamu'alaikum pak kiyai..."
Salam perpisahan dari kami untuk selamanya. Karena sebulan setelah itu beliau menutup usia. Kembali ke Rahmatullah. Semoga amal dan ibadah beliau diterima. Dan ditempatkan di sisi-NYA. Amiin...
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 17"
Posting Komentar