Ayahku Bukan Ayahku Part 2
Rabu, 26 Februari 2020
Tulis Komentar
Lanjut lagi nggih, monggo disimak..
Aku lihat kamar ayah masih tertutup.
Ah masih tidur pikirku. Jam menunjukkan pukul 6.45, seperti rutinitas biasanya aku merebus air dan mematikan lampu di rumah. Pagi berjalan seperti biasanya, setelah sarapan aku bergegas mandi,
Sedang menikmati mandi, pintu kamar mandiku diketuk
"tok tok tok"
Lembut, tidak keras.
Aku sahut dari dalam,
"yooo, ono opo? "
(ya, ada apa?)
Tidak ada jawaban. Hingga aku matikan keran air, aku tunggu jawabannya tetap tidak ada jawaban. Mungkin ayahku mengecek apa ada orang di dalam, batinku.
Lalu aku lanjutkan mandiku.
Selesai mandi aku buka pintu dan menginjak sesuatu..
Bulu.
Aku menginjak bulu, kasar, hitam. Kudekati kucermati seperti tidak asing, Ya, bulu ini seperti bulu yang ada di badan dan kepala makhluk aneh yang ada di kamarku semalam. Merasa ada yang tidak beres, aku bergegas masuk kamar dan ganti baju. Saat keluar kamar pintu kamar ayah masih tertutup. Aku coba ketuk dan menawarkan sarapan tapi tidak ada jawaban.
Aku memberanikan diri membukanya,
Dan
Kosong,
Ranjangnya rapi, bantalnya rapi, aromanya pun tidak ada aroma melati menyengat seperti semalam. Tapi kemana ayahku? Aku cek motornya ke depan, tidak ada. Aku cek tas yang biasa ia bawa kerja, tidak ada. Ah mungkin sudah berangkat liputan atau ke kantor buru-buru sehingga tidak mandi. Hari itu aku full di rumah karena tidak ada janji keluar dan lainnya.
Aku bersantai dengan menonton TV. Setelah ba'da dhuhur kejadian aneh-aneh mulai lagi terjadi. Lagi santai nonton TV tau-tau kipas angin di sudut ruangan hidup.
"lho kok?"
Mungkin pikirku ada yang error di colokannya sehingga dia hidup sendiri, masih dengan positif thinking aku lanjutkan nonton TVku. Posisiku saat ini di ruang tengah, yang berbatasan langsung dengan ruang tamu, tanpa sekat. Kipas angin hidup ini tidak kupedulikan, kubiarkan saja karena hawa siang ini cukup panas. Tiba-tiba kursi kayu di ruang tamuku bergeser sendiri. Kursi itu berat, bahkan normalnya aku biasanya menggeser itu bersama ayah.
Aku hanya menengok dan menunggu apalagi yang akan terjadi.
Tangan kananku mencoba meraih HP yang ada di sebelah kananku. Aku berniat untuk SMS temanku untuk menemaniku di rumah atau janjian untuk pergi ke luar. Belum sempat aku mulai mengetik, chanel TV berganti dengan sendirinya.
Sekali mungkin error, dua kali?
"ah ini kebetulan kepencet tombolnya"
Eh chanel berganti sekali lagi padahal remote TV di rumah tidak beefungsi, jadi jika mengganti chanel kudu pencet tombol di TVnya.
"gak beres nih.." pikirku.
Lalu aku terburu-buru dan siap-siap pergi keluar entah kemana.
Aku pergi ke warung Roni dekat rumahku, mengobrol seperti biasa dengan Mas Roni. Aku sempat bertanya-tanya soal Simbah yang aku lihat dan menyebutkan ciri-cirinya. Ia juga tidak kenal siapa beliau. Bahkan mengatakan tidak ada warga disekitar sini dengan ciri-ciri seperti itu. Terus aku lanjutkan mengobrol yang lain sampai menjelang maghrib. Saat aku akan pamit sempat ditahan Mas Roni,
"mengko sek le bali, ojo pas maghrib.."
(nanti dulu pulangnya, jangan tepat maghrib)
"rapopo mas, lanang kok." sahutku
(gakpapa mas, cowok kok)
"yawes ati-ati, cedhak o kae tetep ndonga."
(yasudah hati-hati, meskipun dekat tetap berdoa.) nasihatnya kepadaku.
Kemudian aku bergegas pulang..
Belum sampai 20meter, di rumah samping kebon bambu aku melihat ada yang mengintip dari jendela, seorang perempuan, tapi siapa? Kan rumah itu kosong, penghuninya pindah, tanpa pikir panjang aku ngebut sampai rumah buru-buru aku masuk tanpa salam. Ayahku di ruang tamu duduk membaca buku lusuh entah apa,
"ngopo peplayon? "
(ngapain lari-lari?)
Tanya beliau tanpa memandangku.
"kae ning omah kosong ono wong wedok.."
(itu di rumah kosong ada perempuan.)
Jawabku..
"makane, nek bali ra surup surup, disenengi demit."
Jawabnya sambil tersenyum kecut memandangku.
(makanya, kalau pulang jangan sore sore, disukai setan.)
Tidak aku jawab kemudian masuk kamarku. Aku berdiam diri di kamar sibuk sendiri hingga tak terasa malam sudah larut. Lalu ingat motor belum aku masukkan ke rumah. Aku keluar kamar, suasana rumah sangat sepi. Aku ke depan dan memasukkan motorku.
"sepi banget to.. ", batinku.
Aku cari ayah ternyata ada di dapur sedang merokok.
"wes mangan? “ (udah makan?) tanyaku
"wes" (udah) jawabnya singkat sambil melihat langit-langit.
Aku lihat rice cooker, nasi sedari tadi pagi utuh.
"kapan? kok isih wutuh? "
(kapan? Kok masih utuh?)
“mau" (tadi), jawabnya lagi
Mungkin makan jajan di luar.
Aku kembali menuju kamar. Menghabiskan waktu membaca buku di ranjang, waktu berlalu hingga..
"tek.. tek.. "
Dua kali jendelaku dilempar seperti kerikil, disusul dengan rintihan seorang perempuan "huuuuhuuuuuhuuuu tulung.. " Nyali siapa yang tidak mendadak menciut, belum sempat memberanikan diri, disusul lagi ada "hihihi hihihi hihihi.. "
Cekikikan perempuan meledek.
Aku liat ke luar jendela, kosong.
Aku coba mencari memanda sekitar, kosong.
Aku mundur, pas saat mundur tepat di bayangan jendela yang memantulkan suasana dalam kamar aku melihat seorang perempuan tanpa muka berbaju merah diatas lemariku. Reflek aku tengok ke belakang melihat lemariku, nihil, kosong.
Lalu aku lihat pantulan di jendelaku. Taraaa bayangan itu tepat disebelahku.
Aku tengok kosong dan aku lari keluar ke ruang TV.
"bengi-bengi playon yo ngopo."
(malam-malam lari-lari tu ngapain) tanya ayahku.
"rapopo." (gakpapa) jawabku,
Aku lanjutkan menghidupkan TV dengan masih dag dig dug der.
Ayahku berjalan menuju kamarnya, aku lihat wajahnya sedikit pucat beda dari biasanya. Tapi selama ia masih doyan merokok berarti sehat-sehat saja tidak ada yang berarti, selama ini itulah yang menjadi tolak ukurku.
Mungkin kelelahan saja, yakinku dalam hati. Ia masuk kamar dan menutupnya, aku lanjutkan menonton tv sambil meyakinkan diri antara kembali ke kamar karena ngantuk atau tidur di depan TV. Saat itu aku putuskan kembali ke kamar setelah acara yang kutonton selesai.
Belum ada Komentar untuk "Ayahku Bukan Ayahku Part 2"
Posting Komentar