Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 21

November Rain

Setelah mendapatkan perawatan di ruang ICU, saya di pindah ke ruangan biasa (ruang rawat inap pasien). Percobaan bunuh diri yang saya lakukan membuat diri ini sungguh rasanya malu pada keluarga dan beberapa teman. Bahkan pandangan saya tak sanggup memandang mereka karena malu dengan perbuatan yang saya lakukan. Apa yang kamu perbuat maka beranilah bertanggung jawab ! mati karena bunuh diri ? itu bukanlah jalan yang baik teman. (baru menyadari setelahnya)

gina : apa yg telah kamu perbuat sayang ? aku tau kondisi mu, tp bukan seperti ini caranya.

fadli : kenapa gina kenapa kamu peduli padaku ? kenapa kamu masih peduli ?

gina : kan aku janji nemenin kamu apa pun kondisinya.. katanya kita mau ke mordor bareng-bareng kan ??

fadli : my precious...gollum..gollum...! (saya berkata dlm hati)

gina : katanya aku adalah samwise mu yang, dan kamu frodo nya hehee..

gina : sang pembawa cincin menuju mordor utk menghancurkan nya

Tak mampu saya untuk menahan senyum, berkembanglah senyuman saya begitu mendengar candaan gina. Penyampaian dengan cara film the lord of the ring yang kita tonton berdua, dua tokoh utama di film LOTR yang selalu bersama. Gina mengingatkan janji saya selalu bersamanya untuk beberapa saat saya merasakan hidup kembali. Saya merasa lebih baik saya masih punya gina, teman-teman dan keluarga. Hingga hari itu telah tiba..

November Rain

Tanggal 10 November 2007, hari sabtu jam 10.00 wib saya masih ingat betul saya memenangkan tender pengadaan sewa mobil operasional di salah satu kantor pemerintahan. Total 40 unit jangka sewa 4 tahun walaupun belum ada total unitnya segitu, tapi saya menanda tanganinya. Setelah itu memikirkan cari modal untuk pengambilan atau pengajuan kredit di leasing, kebahagiaan yang tidak bertahan lama.

Ketika saya membubuhkan tanda tangan, seakan saya juga menanda tangani kontrak lainnya. jam 10.15 wib

ibu : dek kamu langsung ke Rumah Sakit ya (RS pusat kota yg deket mall ciputra)

Telepon dari seorang ibu. belum sempat saya menjawab, telepon sudah ditutup, saya telepon balik juga tidak diangkat. Saya mencoba menelpon kakak saya juga sama saja, tidak ada respon. Suaranya terdengar isak tangis dari ibu membuat saya merasakan kegelisahan dan kekhawatiran yang sama ketika saya mau kehilangan sahabat. Jarak rumah sakit dengan tempat saya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 5 menit segera saya berpamitan sama rekan-rekan, saya menuju ke rumah sakit dengan perasaan gelisah. Dalam hati saya berkata,
tolong Tuhan..jangan sampai hal ini terjadi lagi
Begitu saya sampai di depan ruang IGD rumah sakit, saya melihat gina berdiri di pintu menunggu kedatangan saya, mobil belum sempat saya parkirkan, masa bodoh sama petugas parkir yang menegur saya untuk memarkirkan mobil. Rasa gelisah dan khawatir saya lebih besar. Gina langsung memeluk saya erat..saya masih ingat rasanya dan tetesan air mata yang jatuh ke pundak saya.
yang, kamu yang kuat ya.. tolong sebelum kamu melangkah ke pintu itu, kuat kan diri mu yang. berpikir lah ini kehendak Tuhan.
Saya melepaskan pelukan gina kemudian melangkah mendekati pintu IGD. Rasa gelisah dan khawatir saya menjadi rasa duka yang sangat dalam. Luka yang dulu belum sembuh sekarang saya harus menerima tamparan kehidupan lagi. Saya melihat kakak dan ibu saya menangis di samping jenazah ayah saya, apa yang saya rasa ? sungguh saya tidak tau harus menjelaskan dengan cara apa. Jatuh tubuh ini tak sanggup aku berdiri lagi. Gina mencoba membantu ku berdiri namun aku sudah tidak sanggup lagi.

Saya masih tidak percaya sama apa yang aku lihat. Saya mendatangi dokter yang memeriksa alm.ayah saya. Dokter menjelaskan, ayah saya mendadak terkena serangan jantung, detak jantung berhenti di waktu perjalanan ke rumah sakit, sudah berbagai cara dilakukan tapi Tuhan berkehendak lain, saya mengerti penjelasan dari dokter dengan kata lain ayah saya benar-benar sudah tidak tertolong. Dipeluk diri ini oleh dokter tersebut menyampaikan bela sungkawa nya.

Dalam perjalanan pulang saya ikut mobil kereta jenazah. Mobil saya dibawa gina.

ibu : mas bangun mas..Ya ALLAH mas kok tega ninggalin aku sendirian

Ibu ku berusaha membangunkan jenazah ayahku. Sangat wajar beliau berduka begitu dalam karena sosok yang menemani hidup ibu saya kini kembali ke Rahmatullah hanya fisiknya yang tergeletak tidur dihadapannya. Saya memandangi jenazah alm.ayah terdiam meneteskan air mata dan berharap sampai rumah ayah saya akan bangun lagi. Pihak dari rumah sakit yang ikut mengantar kami berusaha menenangkan kami dan mengikhlaskan ke pergian almarhum.

Di rumah tenda tratak sudah terpasang, bendera kuning tanda lelayu di sematkan pada tiang, kerabat ayah saya dan tetangga sudah berdatangan, entah yang mengabari teman-temanku siapa, yang jelas mereka juga datang. Mungkin gina yang memberi kabar, mereka menyalami ku satu persatu tapi tidak ada satu pun salam yang saya jawab. Bahkan jabat tangan yang mereka arahkan ke saya tidak saya balas, saya berjalan ke dalam rumah tanpa menghiraukan mereka.

Sore hari saudara dekat mau pun jauh mulai datang mengucapkan bela sungkawa. Kerabat alm, teman kerja alm, tetangga dan teman-teman saya yang menjumpai mereka saudara dan kakak saya. Saya hanya duduk diam menatap jenazah alm.ayah saya. Teman-teman saya yang datang meminta ijin untuk men-shalati ayah saya pun juga saya hanya diam tidak menjawab mereka. Maaf, duka yang saya rasakan sungguh dalam.

Karangan bunga mulai berdatangan dan yang menerima karangan bunga adalah saya.

gina : biar saya saja mas yang tanda tangan bahwa karangan bunga sudah diterima keluarga.

mas pengirim ; mbak nya siapa ? keluarga nya ?

gina : saya calon istrinya mas disebelah saya ini (fadli)

mas pengirim : waduh gak bisa mbak, berarti harus mas nya.

fadli : sini mas saya yang tanda tangan.

Maksud baik gina supaya saya tidak merasakan makin jatuh dalam kesedihan dengan cara menerima dan menanda tangani karangan bunga alm.ayah saya sendiri. Silih berganti berdatangan yang mengirim bunga. Saya tidak begitu ingat ada berapa tanda terima karangan bunga yang saya tanda tangani, lebih dari 50 yang jelas bahkan yang menyedihkan bagi saya ketika menanda tangani tanda terima karangan bunga yang dikirim, di nota itu ada pernyataan ucapan bela sungkawa dan tertera nama ayah saya.

Beberapa teman jaman kuliah, teman SMA, SMP dan teman gina yang datang ke rumah malam sama sekali tidak saya temuin. Ginalah yang menemani mereka. Saya kembali duduk di sebelah jenazah alm.ayah saya diletakan. Bahkan gina juga tidak pulang ke kontrakan dia lebih memilih menemani diri saya.
air mata dalam duka tak akan mengubah ketentuan-NYA,hidup ini adalah milikNya. Cerita hidup hanya ada dua hal, antara meninggalkan atau ditinggalkan..


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 21"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel