Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 5

Gina 1.2 (part side story)

"Ndes asli iki medeni !" Andi (Translate : ndes(kata umpatan) asli ini tempat nakutin !)
Ucap andi yang tampak ketakutan.

"Lha jarene golek nggon ekspedisi ? Yo iki !" Doni (Translate : lha katanya nyari tempat ekspedisi ? Ya ini !)

"Prek ! Koe mabuk kok !" Andi (Translate : terserah ! Kamu mabok kok !)

"Cangkemu ! Ora aku tok, tapi kabeh !" Doni (Translate : mulut mu ! Enggak aku saja yang mabok, tapi semua !)

Lima anak muda dalam kondisi setengah tiang (mabuk) malam ini mengunjungi kebun binatang tinjomoyo yang sudah cukup lama ditinggalkan. Baru sampai di bibir pintu masuk, kami sudah merinding. Entah gara-gara efek cap tiga orang tua apa memang suasana yang mencekam, saya tidak bisa membedakan. Sungguh tolol ya? Dalam kondisi pengaruh alkohol tapi masih menyambangi tempat seperti itu. Benar-benar kurang kerjaan.

"Fad koe sing ngarep !" (Translate : fad kamu yang di depan !)
Perintah andi ke saya.

Kami baru berjalan beberapa langkah sudah merasakan aura yang berbeda. Semua merasakan hal yang sama. Secara tiba-tiba andi menyoroti salah satu mainan anak-anak yang sudah berkarat dan tidak layak pakai, posisinya ada di depan kita.

Ilustrasi gambar yg dimaksud

"Iki nek ning film-film mesti ujug-ujug ono wong wedok nek ora cah cilik dolanan ning kene" (translate : ini kalau di film-film pasti tiba-tiba ada sosok perempuan kalau enggak ya anak kecil mainan disini) ucap andi yang membuat semuanya ikut melihat mainan yang di maksud.

Saya juga jadi ikut membayangkan kalau apa yang diomongin andi benar terjadi. Saya juga yakin teman-teman yang lain juga memikirkan hal yang sama dengan saya.

"Ah asu koe ndi !" (Ah anjing kamu ndi !)
Umpat farid.

"Fad cabut saja yok. Ini tempat bener-benar lain sama lawang sewu. Ini bekas bonbin loh, jadi areanya luas. Takutnya kita nanti malah kesasar sampai sungai. Kamu kan tau kalau di sungainya pernah ada korban jiwa" ucap beni memberi peringatan ke saya.

"Aku setuju sama beni fad ! Lagian ini tempat sangat asing bagi kita. Kita harusnya kesini siang hari dulu untuk cek TKP. Pulang saja yok !" Peringatan ke dua dari farid.

Saya memaklumi ketakutan teman-teman. Saya sendiri baru diawal jalan sudah merasa ketakutan. Lagian ini tempat benar-benar luas dan kami tidak mengunjunginya dulu pada siang hari. Apa lagi kami semua dalam pengaruh minuman alkohol.
Percaya lah padaku meski di gelap malam kamu enggak sendirian.. by tipeX
Baru beberapa langkah kami keluar dari pintu masuk bonbin, dibelakang kami ada suara yang mengetawai kami. Fix ! Nyali kami semua langsung ciut.

"Hi hi hi hi..."

Suara cekikikan tak beraturan membuat kami lari tunggang langgang ke arah mobil yang di parkir diujung jembatan sana (ujung jembatan arah keluar).

"Lari ! Jadi lah pecundang...karena pecundang lah yang selamat !"
Ucap andi yang berlari lebih dahulu di depan kami. Kalau inget kata-katanya saat itu malah jadi geli sendiri.

Kami langsung cabut dari tempat itu. Kami semua juga tidak mengunjungi lagi ke bekas bonbin tinjomoyo. Ada alasan yang tidak bisa saya jelaskan disini. Karena doni mengetahui kalau saya barusan resmi berpacaran sama gina, maka teman-teman minta dikenalkan sama sosok gina.

"Ini uda malem, next time saja ya"
Saya mencoba berkilah mencari alasan.

"Halah lagu lama ! Buruan di hubungi dulu pacarmu itu bisa apa enggak" protes doni ke saya.

Saya mencoba menghubungi gina, berharap gina sudah tidur, tapi harapan saya pupus karena gina masih terjaga di kos nya. Jam sudah menunjukan 00.30 wib maka demi menjaga ketertiban dan keamanan bertamu di kos gina kami menunggu di perempatan jalan dekat kos nya.

"Lho fad kok cino ?" Andi (translate : lho fad kok cina ?)

"Wah cino dempil ki !" Doni (translate : wah cina singkek ini !)

"Ra opo bro, sing penting wedok lan normal !" Beni (translate : gak apa bro, yg penting cewek dan normal)

"Fad sampeyan iso rubah keturunan hahaha" farid (translate : fad kamu bisa merubah keturunan hahaha)

Berbagai reaksi dan ucapan dari ke empat sahabat saya begitu melihat gina melangkah ke arah mobil kami. Mereka berempat hanya melihat gina berjalan seorang diri. Tapi saya melihat gina berjalan disampingnya ada noni yang menemani. Berdampingan, yang satu berjalan, satunya lagi melayang. Terkadang gina menoleh ke arah noni melempar senyuman. Entah apa yang dibicarakan saat itu. Begitu sampai mobil, noni tersenyum ke arah saya kemudian menghilang.

"Hai semuanya...teman fadli ya ? Iya mas saya memang keturunan tiongha. Tapi gak sipit-sipit amat kan ? Makasih ya sudah ngomongin saya pas tadi lagii jalan ke arah mobil. Tenang, saya gak marah kok"

Begitu masuk mobil, gina menyapa ke teman-teman saya yang duduk berada di belakang. Mereka (sahabat saya) langsung salah tingkah begitu mendengar ucapan gina. Mereka merasa tidak percaya kalau apa yang mereka ucapkan tadi sebelum gina masuk ke mobil ternyata gina mendengarnya.

"Lho kok tau cik ? Eh,..mbak ?"
Tanya andi heran.

Dari kejadian barusan, rasanya saya ingin tertawa melihat wajah malu teman-teman saya. Tapi sebisa mungkin saya menahannya. Gina memaklumi ke empat sahabat saya karena baru pertama kali ini mengenal dan ketemu dirinya.

"Yauda kita cari makan saja yuk.."
Ajak saya mencairkan suasana.

"Wedangan saja gimana ? Itu lho di deket pecinan." Usul gina yang disetujui kami semua.

Suasana menjadi cair dengan semangkok kecil wedang roti. Hangatnya wedang yang kami nikmati malam ini, kalah hangatnya suasana hati kami berenam. Obrolan ringan, candaan, dan cerita ngalor ngidul seakan juga membunuh ketakutan yang kami alami di bonbin tinjomoyo. (Kalau saat itu saya tau bahwa mereka berlima yang sedang menikmati wedang roti bakal meninggalkan saya di kehidupan ini, mungkin saya akan memeluk erat mereka).

"Maaf ini gina, saya mau tanya, kok gina tau apa yang kami bicarakan tadi sebelum kamu masuk ke mobil ?"
Tanya andi penasaran. Ketiga teman saya juga ikut menatap gina karena penasaran juga.

"Ya kalian kan punya masa lalu sendiri..juga punya pengalaman sendiri. Begitu pula sama saya sebelum bertemu kalian, saya juga punya masa lalu dan pengalaman sendiri. Makanya lain kali hati-hati kalau membicarakan orang ya haha"
Jawab gina diikuti senyumannya ke arah saya.

"Wah cocok ini ! Gina kita ajak ekspedisi. Makin lengkap !" Ucap doni yang di aminin teman-teman yang lain.

"Nyari demit ? Ogah ! Gak usah nyari juga di sekitaran kalian ada kok !"
Jawab gina senyum ke arah saya. Mungkin saat itu yang dimaksud adalah noni.

Setelah pertemuan pertama kali sahabat-sahabat saya dengan gina, mereka jadi lebih sering ketemu gina. Baik sama saya atau mereka sendirian ketemu gina. Kadang gina merasa kayak dukun bagi teman-teman saya. Karena hal tersebut sering kali membuat gina merasa tidak nyaman.


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 5"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel