Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 5
Rabu, 09 Oktober 2019
Tulis Komentar
Gina 1.2 (part side story)
"Ndes asli iki medeni !"
Andi (Translate : ndes(kata umpatan) asli ini tempat nakutin !)
Ucap andi yang tampak ketakutan.
"Lha jarene golek nggon ekspedisi
? Yo iki !" Doni (Translate : lha katanya nyari tempat ekspedisi ? Ya ini
!)
"Prek ! Koe mabuk kok !"
Andi (Translate : terserah ! Kamu mabok kok !)
"Cangkemu ! Ora aku tok, tapi kabeh
!" Doni (Translate : mulut mu ! Enggak aku saja yang mabok, tapi semua !)
Lima anak muda dalam kondisi setengah
tiang (mabuk) malam ini mengunjungi kebun binatang tinjomoyo yang sudah cukup
lama ditinggalkan. Baru sampai di bibir pintu masuk, kami sudah merinding.
Entah gara-gara efek cap tiga orang tua apa memang suasana yang mencekam, saya tidak
bisa membedakan. Sungguh tolol ya? Dalam kondisi pengaruh alkohol tapi masih
menyambangi tempat seperti itu. Benar-benar kurang kerjaan.
"Fad koe sing ngarep !"
(Translate : fad kamu yang di depan !)
Perintah andi ke saya.
Kami baru berjalan beberapa langkah
sudah merasakan aura yang berbeda. Semua merasakan hal yang sama. Secara tiba-tiba andi
menyoroti salah satu mainan anak-anak yang sudah berkarat dan tidak layak pakai,
posisinya ada di depan kita.
Ilustrasi gambar yg dimaksud
"Iki nek ning film-film mesti ujug-ujug ono wong wedok nek ora cah cilik dolanan ning kene" (translate : ini kalau
di film-film pasti tiba-tiba ada sosok perempuan kalau enggak ya anak kecil mainan
disini) ucap andi yang membuat semuanya ikut
melihat mainan yang di maksud.
Saya juga jadi ikut membayangkan kalau
apa yang diomongin andi benar terjadi. Saya juga yakin teman-teman yang lain juga memikirkan hal yang sama dengan saya.
"Ah asu koe ndi !" (Ah
anjing kamu ndi !)
Umpat farid.
"Fad cabut saja yok. Ini tempat
bener-benar lain sama lawang sewu. Ini bekas bonbin loh, jadi areanya luas. Takutnya
kita nanti malah kesasar sampai sungai. Kamu kan tau kalau di sungainya pernah
ada korban jiwa" ucap beni memberi peringatan ke saya.
"Aku setuju sama beni fad !
Lagian ini tempat sangat asing bagi kita. Kita harusnya kesini siang hari dulu
untuk cek TKP. Pulang saja yok !" Peringatan ke dua dari farid.
Saya memaklumi ketakutan teman-teman. Saya
sendiri baru diawal jalan sudah merasa ketakutan. Lagian ini tempat benar-benar luas
dan kami tidak mengunjunginya dulu pada siang hari. Apa lagi kami semua dalam pengaruh
minuman alkohol.
Percaya lah padaku meski di gelap malam kamu enggak sendirian.. by tipeX
Baru beberapa langkah kami keluar dari
pintu masuk bonbin, dibelakang kami ada suara yang mengetawai kami. Fix ! Nyali
kami semua langsung ciut.
"Hi hi hi hi..."
Suara cekikikan tak beraturan membuat
kami lari tunggang langgang ke arah mobil yang di parkir diujung jembatan sana
(ujung jembatan arah keluar).
"Lari ! Jadi lah
pecundang...karena pecundang lah yang selamat !"
Ucap andi yang berlari lebih dahulu di
depan kami. Kalau inget kata-katanya saat itu malah jadi geli sendiri.
Kami langsung cabut dari tempat itu.
Kami semua juga tidak mengunjungi lagi ke bekas bonbin tinjomoyo. Ada alasan yang
tidak bisa saya jelaskan disini. Karena doni mengetahui kalau saya barusan
resmi berpacaran sama gina, maka teman-teman minta dikenalkan sama sosok gina.
"Ini uda malem, next time saja
ya"
Saya mencoba berkilah mencari alasan.
"Halah lagu lama ! Buruan di
hubungi dulu pacarmu itu bisa apa enggak" protes doni ke saya.
Saya mencoba menghubungi gina,
berharap gina sudah tidur, tapi harapan saya pupus karena gina masih terjaga di
kos nya. Jam sudah menunjukan 00.30 wib maka demi menjaga ketertiban dan
keamanan bertamu di kos gina kami menunggu di perempatan jalan dekat kos nya.
"Lho fad kok cino ?" Andi
(translate : lho fad kok cina ?)
"Wah cino dempil ki !" Doni
(translate : wah cina singkek ini !)
"Ra opo bro, sing penting wedok
lan normal !" Beni (translate : gak apa bro, yg penting cewek dan normal)
"Fad sampeyan iso rubah keturunan
hahaha" farid (translate : fad kamu bisa merubah keturunan hahaha)
Berbagai reaksi dan ucapan dari ke
empat sahabat saya begitu melihat gina melangkah ke arah mobil kami. Mereka
berempat hanya melihat gina berjalan seorang diri. Tapi saya melihat gina
berjalan disampingnya ada noni yang menemani. Berdampingan, yang satu berjalan,
satunya lagi melayang. Terkadang gina menoleh ke arah noni melempar senyuman.
Entah apa yang dibicarakan saat itu. Begitu sampai mobil, noni tersenyum ke arah
saya kemudian menghilang.
"Hai semuanya...teman fadli ya ?
Iya mas saya memang keturunan tiongha. Tapi gak sipit-sipit amat kan ? Makasih ya
sudah ngomongin saya pas tadi lagii jalan ke arah mobil. Tenang, saya gak marah
kok"
Begitu masuk mobil, gina menyapa ke
teman-teman saya yang duduk berada di belakang. Mereka (sahabat saya) langsung salah
tingkah begitu mendengar ucapan gina. Mereka merasa tidak percaya kalau apa yang
mereka ucapkan tadi sebelum gina masuk ke mobil ternyata gina mendengarnya.
"Lho kok tau cik ? Eh,..mbak
?"
Tanya andi heran.
Dari kejadian barusan, rasanya saya
ingin tertawa melihat wajah malu teman-teman saya. Tapi sebisa mungkin saya
menahannya. Gina memaklumi ke empat sahabat saya karena baru pertama kali ini
mengenal dan ketemu dirinya.
"Yauda kita cari makan saja
yuk.."
Ajak saya mencairkan suasana.
"Wedangan saja gimana ? Itu lho
di deket pecinan." Usul gina yang disetujui kami semua.
Suasana menjadi cair dengan semangkok
kecil wedang roti. Hangatnya wedang yang kami nikmati malam ini, kalah hangatnya
suasana hati kami berenam. Obrolan ringan, candaan, dan cerita ngalor ngidul
seakan juga membunuh ketakutan yang kami alami di bonbin tinjomoyo. (Kalau saat
itu saya tau bahwa mereka berlima yang sedang menikmati wedang roti bakal
meninggalkan saya di kehidupan ini, mungkin saya akan memeluk erat mereka).
"Maaf ini gina, saya mau tanya,
kok gina tau apa yang kami bicarakan tadi sebelum kamu masuk ke mobil ?"
Tanya andi penasaran. Ketiga teman
saya juga ikut menatap gina karena penasaran juga.
"Ya kalian kan punya masa lalu
sendiri..juga punya pengalaman sendiri. Begitu pula sama saya sebelum bertemu
kalian, saya juga punya masa lalu dan pengalaman sendiri. Makanya lain kali
hati-hati kalau membicarakan orang ya haha"
Jawab gina diikuti senyumannya ke arah
saya.
"Wah cocok ini ! Gina kita ajak
ekspedisi. Makin lengkap !" Ucap doni yang di aminin teman-teman yang lain.
"Nyari demit ? Ogah ! Gak usah
nyari juga di sekitaran kalian ada kok !"
Jawab gina senyum ke arah saya.
Mungkin saat itu yang dimaksud adalah noni.
Setelah pertemuan pertama kali
sahabat-sahabat saya dengan gina, mereka jadi lebih sering ketemu gina. Baik sama saya
atau mereka sendirian ketemu gina. Kadang gina merasa kayak dukun bagi teman-teman saya. Karena hal tersebut sering kali membuat gina merasa tidak nyaman.
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part side 5"
Posting Komentar