Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 22

Warisan 1.0

Di waktu pemakaman, salah satu kerabat Alm.ayah saya menyarankan supaya saya datang ke rumah beliau secara pribadi. Beliau bernama Pak Giyono (nama samaran) yang saya tau beliau orangnya kejawen dan suka binatang buas seperti ular. Pak Giyono satu satunya orang di pemakaman yang merasakan aura saya berbeda. Itu lah sebabnya beliau meminta saya bertamu ke rumahnya.

Masih ingat kalau saya menang tender pengadaan unit mobil operasional di salah satu kantor pemerintahan? saya mendapatkan modal dari pembagian waris Alm.ayah. Sungguh tega sampai hati sejauh ini, Itu yang saya pikirkan saat itu. Tapi mau gimana lagi semua sudah terjadi.

"batalkan yang! Jangan kamu lanjutin lagi, sampai hati kamu dari harta waris buat modal??!" perintah gina ke saya.

Setelah Alm.ayah meninggal, gina hampir tiap malam datang nemenin saya di rumah SK mau-pun rumah kota masa depan. Pertengkaran karena perbedaan jalan pikiran antara saya dan gina tak terhindarkan.

"ya gak bisa dibatalin lah! ini kesempatan buat saya hidup mandiri!" Jawab saya dengan nada cukup tinggi.

"kenapa yang, apa tidak cukup kah kamu ada bisnis properti dan punya ruko? lagian aku ini bertahan di Semarang selain nemenin kamu juga mencari kerja! biar kita bisa nikah dan makan pakai duit halal!"

"ehh...maaf" gina berharap apa yang dia ucapkan secara spontan tidak terdengar oleh saya.

Tapi... saya sangat jelas mendengarnya, apa lagi di dalam rumah atau lebih tepatnya di ruang tamu ini cuma saya dan gina.

"haram??! Lo tau posisi dan kondisi gue masih bisa-bisanya ngomong begitu!!" hardik saya keras ke gina.

"yang maaf yang..aku tidak sengaja,mohon maafin"

Entah kesetanan apa disaat gina berucap seperti itu menghampiri untuk memeluk saya, tapi tangan ini malah mendorongnya.

"pergi kamu dari sini...jangan kembali"
setelah mendorong gina menjauh dari saya, ucapan saya kali ini datar tanpa amarah yang meledak.

Kali ini gina nangis memohon maaf berlutut dihadapan saya, wajah oriental nya basah karena air mata nya, tapi saya tidak peduli, sama sekali tidak peduli!

"pergi kamu !!!"

"apa harus saya seret keluar?!!"
Kata kasar terucap kembali dari mulut saya.

"Astagfirullah yang.."

Masih kondisi menangis, gina mengambil tas-nya yang berada di meja, dan berpamitan ke saya. tapi saya memalingkan muka.

Gina keluar rumah dalam kondisi masih menangis, masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumah, tapi belum beranjak pergi. Hp saya bunyi bbm dari gina "aku pulang Surabaya malam ini, sudah tidak ada artinya lagi aku disini." Kurang lebih yang saya ingat isi bbmnya seperti itu. Saya juga tidak meresponnya.


10 menit setelah kepergian gina mendadak lampu rumah mati. Saya pikir emang kerjaan atau hobi nya PLN. Lagian daerah kota masa depan masih tergolong lingkungan baru, jadi saya pikir wajar kalau listrik masih ada gangguan. Tapi ternyata perkiraan saya salah, dari dalam ruang tamu saya melihat lampu jalanan dan lampu rumah tetangga pada menyala.

"oh saklar nya kok off sih?"
Saya menyadari setelah mengecek saklar listrik rumah ternyata pada posisi off.

"kok bisa off ya? mungkin di dalam ada yang konslet, bahaya nih!"
ucap saya menebak keadaan.

Saya kembali melangkah memasuki rumah, niatnya mau nyabut beberapa kabel yang menempel di stop kontak. Baru melewati pintu utama, telapak kaki saya merasakan dinginnya lantai rumah, suhu di dalam rumah juga terasa berbeda. Dalam kondisi gelap saya menajamkan penglihatan yang saya tuju ke arah meja makan! samar - samar terlihat..

"BAJINGAN!"
ucap saya kaget melihat apa yang mata ini lihat.

Saya melihat sosok perempuan berpakaian adat Jawa lengkap memakai konde, tatapannya melotot ke arah saya yang berjarak tidak lebih dari 2 meter, entah duduk atau melayang di kursi meja makan saya gak inget, yang saya inget rasanya merinding, memalingkan muka, dan keluar rumah.

"enggak urus aku sama itu setan!"
umpat saya di teras rumah.

Empat jam lebih setelah gina saya suruh pergi, tepat jam 23.30 wib saya mendapatkan kabar. Gina kecelakaan di daerah rembang, mobil Honda stream yang dikendarainya menabrak truk yang sedang berhenti di pinggir jalan. Kabar yang saya terima dari salah satu pengendara yang berhenti menolong gina dan mencoba menghubungi satu persatu kontak keluar hp-nya gina. Dalam kecelakaan tersebut gina selamat.

Kabar yang harusnya membuat saya khawatir dan peduli atas musibah yang dialami gina, tapi justru sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Tindakan yang saya lakukan adalah mendelete kontak BBM gina dan menghapus kontak telpon gina. Jahat ya?? ya itu lah yang saya lakukan pada saat itu.


2 Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 22"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel