Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 8
Minggu, 03 Maret 2019
Tulis Komentar
Mereka Ada di Sini
Di daerah tempat tinggal gw makin malem makin rame. Banyaknya motor mau pun mobil silih berganti melewati tiap rumah yg ada di daerah ini. Para pengunjung yang berdatangan kesini rata-rata mencari teman kencan yang sesuai kriteria nya dan pas harga di kantongnya. Tak jarang para wanita disini yang menjajakan diri seringkali menyapa dan menggoda mengharapkan datangnya rupiah dari para tamu yang berhasil diajaknya bermain kuda kuda'an.
"Mampir mas.." Atau "mas main yuk" kalimat tersebut sangat familiar terdengar di telinga gw. Hal itu sudah menjadi lumrah kalau tempat tinggal kalian di pemukiman lokalisasi.
Pada malem hari itu sekitar jam 10 maleman. lagi asik-asiknyanya gitaran di depan rumah, fokus gw beralih dari gitar ke tamu yg berdiri di depan pagar rumah dan menyapa gw.
"Mas.." Panggilan ke gw dengan pelan.
"Wah rejeki nih malem-malem gini di samperin cewek" gw berkata dlm hati. Tumben-tumbenanan ada cewek main ke rumah. kira-kira berumur 25th nilai body 8, face 9, rambut hitam panjang, tinggi badan kurang lebih 158, bj 0, hj 0, fj 0 hahaha becanda..
![smilies_fb5ohtyfyn16.gif](https://bantuan.kaskus.co.id/hc/article_attachments/115006942167/smilies_fb5ohtyfyn16.gif)
"Nyari siapa mbak?" Tanya gw sambil berjalan nyamperin mau bukain pintu pagar rumah.
"Mas fadli..?" Dengan suara yang datar menanyakan apakah benar gw yang di maksud.
"Iya benar mbak, mbak nya siapa?" Jawab gw sambil memperhatikan dari atas kebawah.karena gw ngerasa enggak mengenalinya.
"Mari mbak masuk.." Gw mempersilahkan masuk karena takut di lihat tetangga ntar dikira barang baru.
Gw melangkah terlebih dahulu ke arah pintu rumah dengan posisi tamu ini berjalan dibelakang gw. Tangan kanan gw meraih gagang pintu rumah hendak membukanya,
"Masuk mbak..? Mbak?" Gw saat itu agak kaget! Karena begitu menoleh kebelakang, mbak yang ikut berjalan dibelakang gw td hilang!
"Oalah asu ki jek yahmene kok yo ono-ono wae!" Umpat gw yang menyadari mbak tamu tadi hilang.
Walaupun baru jam 10an malam tp saat itu rasanya udah merinding. Heran saja, di lingkungan yang penuh maksiat gini kok ya ada makhluk ghaib yang iseng menampakan wujudnya dengan wujud manusia. Dan baru itu juga gw di liatin di lingkungan rumah. Lebih herannya lagi dia tau nama gw. Bergegas gw langsung masuk rumah.
"yang digoyang digoyang yang...dangdut..dangdut..." Hp berbunyi ada panggilan dari andi. Kurang lebih nada dering panggilan masuk hp gw begitu.
"Halo..gmn bro?" Sapa gw lewat tlp
"Ovuvwevwevwe onyetenyevwe ugwemubwem ossas" suara andi terdengar pelan tidak jelas.
"Ngomong'o sing jelas bro ojo alon-alon" perintah gw ke andi.
"Pintu kamarku kan tak bukak, lha aku jek turonan. Tiba-tiba ada cewek yang masuk kamarku terus masuk kamar mandi kamarku. Aku ngomong alon-alon soale wonge jek ning kamar mandi." Suara andi terdengar mulai jelas.
"Weleh-weleh...damput! Rejeki kok dipamer-pamerke" jawab gw yg heran dengan penjelasan andi.
"Rejeki ndasmek! Iki aku orak pernah ngerti wonge dan orak kenal wonge! Mudeng ora maksudku?" Kali ini suara andi makin jelas lagi.
"Sek sek sek..." Gw berpikir sejenak yang andi maksud, dan gw langsung paham!
"Metu seko kamar saiki! Mlayu! Cepet!" Perintah gw ke andi yang tidak dijawab olehnya. Begitu selesai ngomong telepon keputus.
Rasanya masih enggak percaya mendengar cerita andi melalui telepon. Tapi dari suaranya keliatan ketakutan. Dan yang bikin gw makin yakin beberapa menit yang lalu juga gw mengalami hal yg serupa.
"Sialan! Ada apa ini sebenarnya?!" Maki gw sendiri. Gw langsung inget ketiga sahabat gw lainnya si doni, beni dan farid. Langsung saat itu juga gw menghubungi satu persatu.
Telepon menyambung tapi tidak ada respon dari mereka
Farid
"Brukk"
"Opo kui?" Aku terbangun dari kasur karena mendengar ada benda yang jatuh di balik pintu kamar.
Segera badan yang udah males-malesan ini beranjak dari kasur menuju pintu untuk mencari tau benda apa yang jatuh. Setelah pintu terbuka aku tidak menemukan benda yang terjatuh.
"Uda malem gini bapak belum pulang toh" ucap aku yang berdiri di daun pintu mendapati ruangan keluarga yang gelap. Hanya lampu meja makan dan teras rumah yang nyala. Kembali aku menutup pintu kamar karena tidak ada yg aneh.
"Sebentar sebentar...di rumah ini kan gak ada perempuan. Cuma aku, mas anjar dan bapak. Tapi kok tadi di kursi ruang keluarga..?" Aku mencoba menebak nebak karena sekilas tadi aku melihat seperti ada perempuan yg duduk di kursi posisi nya membelakangiku.
Kali ini aku mencoba membuka pintu sedikit, melalui celah kecil aku mengintip, memastikan apa yang aku lihat salah.
"Jangan mengintip hihi"
"Brak! Klek!" Secepat mungkin aku menutup pintu dan mengunci.karena yang aku lihat bukan lah manusia.aku masih bersandar dibalik pintu kamar.suara dia menertawakanku masih bisa aku dengar.
"Allah akbar!" Mulut ini terucap takbir karena sekarang aku melihat sosok perempuan tadi bergelantungan diatas ternit kamarku.walaupun hanya setengah badan tapi membuatku pingsan.
"Dek dek bangun dek" terdengar suara yang aku kenal membangunkan aku.
"Kalau tidur jangan di lantai,bahaya buat kesehatan" bapak menasehatiku sambil membantu aku berdiri.
"Ini bapak kan??" Tanyaku ke bapak yg membuat bapak jadi heran sendiri.
"Kamu kenapa dek? Iya ini bapak" terlihat bapak mengernyitkan dahi karena heran dengan pertanyaanku.
"Gak apa-apa pak,cuma tadi aku kira mimpi" jawabku bohong.karena aku tidak mau bapak tau.
"Bapak mau bangunin kamu karena bentar lagi subuhan. Dan kalau tidur jangan di lantai, gak baik buat kesehatan!" Kembali bapak menasehatiku dan mengingatkan bentar lagi shalat subuh.
"Gila! Aku pingsan cukup lama ternyata" kataku dalam hati. Pandanganku kembali tertuju ke atas ternit kamar, lampu kamar menyala terang tidak ada yg menggantung diatas sana.
Doni
"Hah tumben-tumbenan neh fadli malem-malem gini telepon. Ganggu orang lg pdkt aja neh!" Gerutu gue dalam hati.
"Siapa don yang telepon? Kok enggak diangkat?? Hayooo.." Vina menggoda gue dengan manis.
"Ah enggak apa-apa, cuman temen. Ntar aja aku telepon balik" jawab gue ke vina sambil memasukan hp ke tas selempang.
Tak terasa malam mingguan sama vina waktu berputar sangat cepat. Mungkin sebentar lagi gue melepas gelar jomblo. Sahabat-sahabat jomblo gue harus gue kenalin vina di waktu yang tepat.
"Vin ini kita balik aja ya, soalnya ini udah malam" gue nunjukin jam tangan di vina menunjukan jam 23.00wib
"Yuk, ini aku juga udah di sms nyokap disuruh balik" jawab vina sambil membaca sms dari orang tua nya.
"Masuk tol aja don lebih cepet" niat gue juga mau masuk tol biar lebih cepet. Kalau posisi dari tembalang mau balik arah jerakah memang lebih cepat lewat tol.
"Ini kok musiknya gak mau nyala ya?" Ucap gw yang heran masukin kaset tapi gak nyala-nyala. Vina juga ikut memperhatikan.
"Eh fokus sama jalan don. Itu depan ada truck. Salip ke kanan aja" perintah vina yang coba gue ikutin.
Sebelum menyalip gue lihat spion kanan memastikan jalur kanan benar-benar kosong. Lampu sen kanan gue nyalakan walaupun belakang kosong. Setelah menyalip truck gue lihat lagi spion. Tapi kali ini yang gue lihat spion kecil yg di dalam mobil.
"Anj*ng!" Umpat gue kaget! Gue melihat di jok belakang ada dua penumpang tambahan. Kaki dan tangan rasanya langsung lemes, keringat dingin langsung mengalir, dan gue enggak bisa focus nyetir.
"Don ada apa?? Berhenti dulu!" Vina mulai ikutan panik.
Gue nyoba ngelirik dikit dari kaca tengah kedua sosok tersebut masih ada. Dengan wujud muka pucat dan darah mengalir dari kepala nya. Bau anyir pun enggak terhindarkan. Rasanya perut mual dan pengen muntah. Vina yang lihat gelagat gue ngelirik dari kaca tengah jadi tau. Vina ikut lihat dari kaca tengah dan menoleh langsung kebelakang.
"Ada apa don? Enggak ada apa-apa kok di belakang. Jangan bikin gue takut ah"
Dan tebakan gue benar vina tidak melihat kedua sosok tersebut. Hanya gue yang bisa lihat kehadirannya. Kaca spion kecil yang di dalam mobil gue arahkan ketas supaya gue enggak bisa lihat mereka berdua lagi. Posisi nyetir badan agak gue condongkan ke depan. Dengan sisa kekuatan yang ada gue nyoba tetap kuat-kuatin nyetir. Vina yang liat gue ikut ketakutan tapi ketakutan dia enggak beralasan dan enggak jelas. Karena vina tidak melihat dan merasakan kehadiran dua penumpang yang duduk dibelakang.
Sampai di pintu tol pembayaran krapyak, gue langsung cepat-cepet turun dari mobil. Petugas tol yang di dalam loket pembayaran ikut bingung melihat tingkah gue turun dari mobil dengan panik, muka pucat, plus keringetan.
"Heh mas, ono opo?" Petugas tol menanyakan heran.
"Gak ono opo-opo pak. Cuma ngecek ban belakang kayaknya bocor" jawab gue yang posisi berdiri disamping loket tol sambil melihat jok belakang dari kaca samping mobil untuk memastikan masih ada apa enggak.
"Ojo mandek ning kene mas. Nek meh minggir ning kono cedak kantor" bapak petugas menunjukan tempat yang dimaksud untuk berhenti/menepi kalau mau ngecek kondisi mobil.
Setelah memastikan tidak ada, gue langsung bayar tol dan cabut. Tidak jadi menepi seperti yang dianjurkan pak petugas tol. Vina melihat gue makin aneh. Gue enggak peduli reaksi vina ke gue mau gimana, yang penting gue dan vina selamet.
Beni
Dari jendela kamar yang lupa aku tutup, aku melihat ternyata langit masih gelap gulita.
jam menunjukan pukul 22.30wib entah jam berapa aku ketiduran yang jelas rasa kantuk ku sepertinya hilang. aku melangkah keluar kamar karena sekarang aku merasakan perutku lapar.
"tumben udah pada tidur" kataku yang posisi berdiri di anak tangga paling atas melihat lantai bawah gelap. hanya lampu tangga dan lampu akuarium ikan dibawah yang menyala.
"haduh...panganan kok wes dilebokke kulkas toh" gerutu ku karena makanan yang harusnya berada diatas meja makan sudah di masukan kulkas. dan aku paling males harus menghidangkan makanan kembali. males aja rasanya ribet.
aku lebih memilih keluar rumah untuk membeli makanan. lebih praktis, tinggal pesen, makan, bayar deh. selesai perkara. aku kembali naik keatas kamar ganti celana dan ambil dompet. begitu turun dari tangga, aku mencium bau busuk yang teramat sangat menyengat indera penciuman hidungku. bau nya ngalahin bau bangke tikus yang mati. bahkan kalau ada 4 tikus yang mati sekaligus, bau bangkenya masih kalah dengan yang aku cium malam ini.
'perasaan aku ngentut wae yo ora" ucapku dalam hati sambil menutup hidung.
kunci motor sudah berada di tanganku, langkah kaki ku menuju garasi. ternyata lampu garasi belum diganti sama mas iwan (petugas bersih-bersih rumah). dalam kondisi gelap, aku coba memasukan kunci motor ke kontaknya. tapi tiba-tiba bau busuk yang aku cium kini berubah menjadi bau wangi yang begitu menyengat. setelah standart samping aku naikan,
"kok motorku berat?" posisiku sudah diatas motor dan mau mundur dengan dibantu kedua kaki.
"gubrak..! pyaarrr..!!" aku seketika jatuh dari motor. tubuh ini tak kuat menahan beban. karena aku melihat sepintas dari spion motor ada yang memboncengku duduk dibelakang.
"aduh..perih..." rintihku kesakitan karena motor yang menindihku. tapi rasa sakit yang aku rasakan tak aku hiraukan. mengingat apa tadi yang duduk dibelakang motorku.
pandangan mata ini mencoba melihat kanan kiri tapi tidak mendapatkan apa-apa selain kegelapan.
aku mencoba berdiri dari motor yg menindihku. rasa sakit di perut dan kaki masih bisa ku rasakan. niat mau keluar nyari makan aku batalkan. karena luka di kaki ku ini harus diberi pengobatan terlebih dahulu. aku kembali masuk rumah.
"betadine nya dimana sih??" sambil menahan rasa perih darah yang mengalir dari kaki.
"Hihihi..."
terdengar ketawa kecil, lumayan pelan. aku melihat lihat sekitar dari mana sumber ketawa itu. ternyata... deg!!
sosok wanita yang tidak begitu tua, muka sangat pucat, dengan bibir berdarah, kini dia tersenyum menatapku dari samping jendela dapur tempat aku berdiri.
pandanganku langsung aku alihkan. karena jarak ku dengannya sangat lah dekat! tidak lebih dari satu meter! aku memilih lari dari dapur, walaupun luka di kaki ku ini belum sempat aku obatin. aku lari menuju kamarku.
"syukur enggak diikutin" ucapku dengan nafas yang tersenggal-senggal karena panik.
pintu kamar aku buka, dan...aku melihat sosok wanita tadi sekarang sedang duduk di ranjang kamarku. pandangannya tertuju arahku. menatapku tajam, kemudian menertawakanku dengan kencang!
aku berjalan mundur dari daun pintu, menutup mata dan menutup telinga.aku berteriak sekencang kencangnya membangunkan seisi rumah. adek perempuanku mencoba menyadarkanku.
"mas mas ada apa?' tanya wina adekku
"pergi kamu jangan ganggu aku!" umpatku yang kupikir sosok perempuan tadi lah yang di depanku.
"pah mah ini kak beni kenapa?" kedua orang tua ku yang melihat kondisi di lantai dua langsung ikut menghampiriku. setelah memastikan bahwa mereka adalah keluargaku, aku menjadi agak sedikit tenang.
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 8"
Posting Komentar