Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 7

Kesetanan

Seminggu setelah kejadian lawang sewu, gw mendengar kabar dari andi, doni dan beni kalau farid babak belur dikeroyok anak SMA lain. Saat kejadian gw enggak masuk sekolah karena sakit. Begitu mendengar kabar yang menimpa salah satu sahabat gw, sore itu juga gw janjian sama andi, doni dan beni menjenguk farid di rumahnya.

"Siapa yang bikin lu jd kyk begini bro?" Tanya gw ke farid dengan kondisi babak belur dan terkapar diatas ranjang.

"Enggak tau bro. Aku cuma liat bet lokasi sekolah mereka anak SMA *sensor" jawab farid lirih kesakitan.

"Terus kalian bertiga ngapain? Cuman liat farid dipukulin doang??" Setelah mendengar penjelasan dari andi, beni dan doni, gw jd mengerti mereka bertiga saat kejadian masih berurusan dengan BK karena seringnya alpha. Sedangkan farid sudah pulang duluan. Mereka bertiga mendengar cerita dari temen cewek yg kebetulan kenal sama salah satu orang yg mukulin farid.

"Ooo anak tongkrongan daerah manyaran rupanya" ucap gw setelah tau siapa orang-orangnya.

"Fad, lu mau bales dendam?" Gw enggak jawab pertanyaan andi.tapi andi tau kalau gw mau bales tuh anak-anak.karena gelagat gw yang segera berpamitan ke farid.

"Gw berdua ikut fad!" Ucap andi dan doni.

"Tapi gw balik ke rumah kota masa depan dulu (maaf daerah rumah gw sensor), setelah itu balik rumah SK. Dari SK baru nyamperin itu-itu orang. Kalau mau ikut silahkan" mendengar tawaran gw, andi dan doni ikut. Beni gw minta untuk nemenin farid di kamarnya.

Kalian tau SK? Orang semarang nyebutnya Sunan Kuning. Tempat prostitusi atau lokalisasi di semarang. Ya gw dibesarkan dilingkungan itu. Rumah gw di lingkungan lokalisasi.

"Kalian disini yg namanya akbar siapa?" Tanya gw ke empat orang yg lg nongkrong di warung pop ice.

"Ono masalah opo bro?! Aku sing jenenge akbar!" Dengan nada agak tinggi salah satu dari mereka ada yang menjawab bahwa dia lah akbar.

Secara postur tubuh gw dengan lawan memang lebih gedean dia. Tapi sekali bogeman gw kearahnya membuat lawan terpanting jatuh dari tempat duduknya. Ketiga teman akbar mencoba membantu si akbar tapi andi dan doni tidak hanya diam. Tiga orang lawan empat orang, harusnya lebih unggul mereka. Tapi sore ini mereka tidak bisa berbuat banyak melawan kami bertiga.

"B*jingan ya koe! Modar koe!" Kata tersebut sebenarnya tidak pantas gw ucapkan ke akbar. Karena yang lebih kesetanan mukuli mereka berempat adalah kami. Mas-mas yang penjual pop ice menjauh lari. Mungkin meminta bantuan warga untuk melerai kami semua.

"Wes wes cukup fad" ucap andi ke gw yg enggak gw hiraukan.

Gw langsung mengikat kedua kaki dan tangan si akbar dengan tali yang sudah gw persiapkan. Ketiga temennya akbar terkapar berdarah. Akbar gw seret ke belakang mobil kemudian gw ikatkan ke salah satu bagian mobil belakang.


"Heh fadli! Koe meh nyeret wong iki?!" Tanya doni heran dan takut kalau gw akan bertindak lebih dari yang dia pikirkan. Gw menjawab doni hanya dengan ketawa keras ke arah muka nya.

Mobil baru berjalan sekian detik beberapa warga sudah berdatangan menyetop mobil gw. Kami bertiga langsung diamankan oleh warga. Akbar dan ketiga temannya langsung dilarikan ke klinik terdekat untuk mendapatkan pertolongan.

Gw, andi dan doni harus berakhir di kantor polisi memberikan kesaksian dan mempertanggung jawabkan perbuatan. Malam harinya farid datang diantar kakaknya untuk memberikan kesaksian juga. Tidak lama kemudian rombongan akbar dan ketiga temennya juga hadir di kantor polisi. Dari penjelasan Pak Polisi ternyata akbar dan ketiga temannya ini juga salah sasaran. Niatnya mau keroyok farid anak bahasa, tapi yang di keroyok farid anak IPS. Masalah ini akhirnya di selesaikan dengan cara keluargaan.

"Gw enggak tau bisa lepas kendali seperti ini. Kalian bertiga juga baru kali ini kan liat gw sampe segitunya?" Ucap gw ke andi dan doni yang heran atas apa yang gw lakukan ke si akbar. Gw hampir aja membunuh orang.


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 7"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel