Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 15
Rabu, 13 Maret 2019
Tulis Komentar
Desa Randu 1.2
Kami mengambil pilihan berpencar mencari reza, gw bersama andi menuju kearah makam, sedangkan alan, bayu dan doni mencari kearah sendang (arah sendang yang mengarah ke pohon dua randu). Dua handycam yang ditinggal oleh reza dipegang gw sama andi. Sesekali kami mencoba menyalakan handycam yang kondisinya sudah mati, berharap bisa melihat rekaman reza sebelum menghilang. Ternyata baterai handycam nya habis.
"Fad denger enggak?"
Gw enggak menjawab pertanyaan andi, gw hanya memberi isyarat melalui jari ke andi untuk diam. Sebenarnya gw tau apa yang dimaksud andi. Gw mendengar suara tangis, suara tangis wanita sesenggukan bikin hati merasa iba. Merinding sih, tapi gw lebih khawatir dengan kondisi reza yang tiba-tiba menghilang. Kali ini ketakutan gw hilang karena menyangkut nyawa teman.
Sementara ditempat lain..
"Eh iki lihat rekaman" ucap bayu yang memegang handycam (handycam yang pertama terpasang shoot arah padepokan).
Handycam yang dibawa bayu ternyata belum mati (baterai habis). Mereka bertiga melihat hasil rekaman. Di rekaman yang mereka lihat, reza berjalan keluar padepokan (gazebo kecil) yang berdiri diatas sendang, berjalan ke arah makam.
"Lho berarti arah yang dituju fadli sama andi nih!" Ucap doni.
Semua berdiri diam saling menatap, mengambil keputusan, menyusul fadli dan andi apa tidak? Atau kita kembali ke padepokan dan menunggu disana?
"Balik ke mobil wae piye?" Usul bayu.
"Setuju!! Kita tunggu di mobil aja!"
Mereka bertiga kompak bergegas menuju ke mobil yang parkir di depan. Selama perjalanan ke mobil tidak ada gangguan. Tapi mereka lupa sesuatu, mereka lupa kalau yang bawa kunci mobil adalah gw.
"Tolol kita! Sama aja kita masih enggak aman kalau di luar begini!"
Kalimat tersebut terlontar dari mulut bayu, yang menyadari kunci mobil tidak berada pada doni. Ya mereka bertiga tidak bisa memasuki mobil. Mereka di luar, di depan dua pohon randu yang tumbuh tinggi.
"Eh gue enggak enak sama fadli dan andi juga nih. Mereka nyari reza tapi kita malah diem disini" ucap doni
Baik bayu mau pun alan tidak menghiraukan kegusaran doni. Bayu mencoba menghilangkan rasa takutnya dengan menghisap rokok filter yang sudah menyala di pedangnya.
"Baca doa baca doa pokoknya baca!!"
Alan mencoba menyampaikan pesan ke bayu dan doni dengan suara ketakutan. Doni yang berdiri di depan alan mencoba melihat sekitaran. Mencari sumber alasan kenapa alan menjadi ketakutan. Bayu juga terlihat demikian. Nampaknya doni dan bayu tidak melihat apa yang alan takutkan.
"Kalian tidak melihatnya??!!!" Kali ini alan bicara sedikit membentak ke bayu dan doni.
Alan melihat wanita berambut acak-acakan, muka dan kaki penuh darah, bergelantungan diatas cabang pohon randu mengayunkan kaki nya. tatapannya tajam ke arah alan. Seperti tatapan sangat benci.
"Heh bro ada apa?" Tanya doni penasaran melihat alan ketakutan.
Sementara di tempat kuburan..
Perlahan-lahan gw dan andi melangkah. Bukan karena takut, tapi karena suasana yang gelap, penerangan hanya dari senter kecil yang gw bawa.
"Fad.."
Tangan andi memegang pundak gw, memberikan isyarat ke gw untuk berhenti melangkah. Gw menoleh ke arah andi mencari tau maksudnya kenapa memberi isyarat ke gw untuk berhenti. Melihat reaksi gw, andi hanya memberikan isyarat melalui jari telunjuknya ke arah samping gw.
"Haaahhh..!"
Bajingan...gw kaget begitu ngeliat sosok hitam yang berdiri hanya berjarak 3 meter dari kami. Berwujud seperti apa? Jangankan wajahnya, mata-nya saja pun tidak kelihatan. Hanya sosok hitam legam berdiri seperti menatap kami.
"Apa keperluan kalian kesini?!!!"
Bentak dari sosok hitam ke arah kami. Suaranya terdengar serak dan seperti suara orang tua (laki-laki) berumur 50 tahunan.
"Weehhh..!" Respon andi yang kaget mendengar suara nya.
"Fad menungso (manusia) fad ternyata.." bisik andi ke gw yang terdengar ketakutan.
Jelas kami saat itu lebih takut karena kami tau betul tempat apa ini. Dan kami datang kesini bisa dikatakan tanpa ijin. Asal langsung datang tanpa permisi. Merasa bersalah, gw dan andi diam tidak menjawab pertanyaan dari sosok hitam yang kami hadapi.
"Pergi kalian semua dari sini!!" Hardiknya ke arah kami.
Gw dan andi langsung berbalik arah lari kembali ke arah padepokan. Saat itu kami merasakan ancaman dari ucapannya. Nasib reza? Sungguh gw dan andi tidak menyangka, begitu tiba di padepokan, si Reza terlihat terkapar lemas berbaring diatas tanah.
"Lho reza fad! Gimana ini!"
"Ayok langsung kita gendong aja!" Ucap gw yang langsung membopong tubuh reza.
Kami berlari ke arah mobil. Gw saat itu berharap teman-temen yang lain tidak kembali ke arah padepokan, tapi kembali ke arah mobil. Saat ditengah jalan, gw dan andi mendengar suara tawa dari belakang. Bukan suara tawa dari makhluk astral tapi suara manusia!
Sejenak gw dan andi berhenti nengok ke arah belakang. Dari atas padepokan kami melihat sosok bapak tua berdiri memakai baju hitam celana hitam bawah lutut, tertawa ke arah kami. Tiba-tiba tawa nya berhenti menjadi menatap kami tajam dan penuh dendam.
"Wes fad ayo!"
Ucap andi untuk tidak menghiraukan dengan apa yang kami lihat.
Sesampainya di mobil, gw dan andi tidak melihat keberadaan teman-temen. Gw membuka pintu mobil menidurkan reza di kursi belakang. Kondisi reza sadar tapi masih lemas. Gw juga memerintahkan andi masuk mobil menjaga reza dibelakang.
"Sudah tidak ada yang ketinggalan kan?" Tanya gw ke andi.
"Barang-barang udah semua fad. Tapi temen-temen yang lain???".
Hal yang sama dengan yang gw rasakan sebenarnya. Gw juga bertanya dalam hati dimana temen-temen yang lain? Tapi gw yakin ketika melihat putung rokok bayu di dekat pintu sopir. Gw yakin temen-temen yang lain sudah berada disini tadi. Tapi entah sekarang ada dimana. Gw langsung menjalankan mobil. Andi duduk paling belakang menjaga reza tak henti-hentinya menanyakan temen-temen yang lain ke gw.
"Kampret hampir aja lo gw tabrak!"
Teriak gw ke depan melihat bayu berdiri di tengah jalan memberhentikan jalan mobil. Tanpa perintah bayu langsung masuk mobil duduk di depan. Di samping gw. Raut muka nya terlihat pucat ketakutan.
"Fad alan fad alan" ucap bayu sambil mengatur nafas yang tersengal-sengal.
"Tadi aku, alan sama doni nungguin lo pada di mobil. alan ngeliat sesuatu, tapi aku sama doni enggak lihat apa-apa sama sekali. Saking takut dan panik alan lari ke arah sana (arah desa)"
"Aku sama doni langsung ikut ngejar, baru beberapa meter lari, gue denger ada ketawa cekikikan dari atas ku fad. Aku nengok keatas, Gilak fad! Aku baru kali ini lihat setan terbang melayang sambil ketawa-ketawa. Kayaknya ngejar alan tu setan" lanjut bayu.
Andi yang mendengar cerita dari bayu merasa bergidik ngeri. Tanpa menanyakan ke bayu lagi, gw langsung menyalakan mobil kembali, lampu mobil gw bikin lampu jauh, mencari keberadaan alan dan doni. Berharap mereka masih deket.
"Fad itu fad!!"
Bayu menunjuk kiri nya. Gw melihat alan lari memasuki sawah warga desa yang sepertinya baru saja di tanam. Jadi bukan sawah kering. Tanpa sadar memperhatikan jalan, ban kiri mobil terperosok masuk parit pinggiran sawah.
"Aduh.." ucap bayu merintih kesakitan karena kepala nya terbentur kaca jendela cukup keras.
"Bay kamu di dalam mobil sama andi. Temenin reza!" Ucap gw tanpa memperdulikan kondisinya.
Gw langsung turun masuk ke sawah mengejar alan yang sudah berada di depan.
"Lan berhenti! Jangan lari!" Teriak gw ke alan sambil berlari kesusahan.
Malam hari tanpa penerangan, indera mata mencoba melihat keberadaan alan, dan susahnya kaki berlari mengejar alan di sawah. Jangankan berlari, untuk berjalan saja susah. Tapi gw melihat kondisi alan tidak kesusahan seperti yang gw alami.
"Bruk..!" Gw terjatuh. Kepala gw terbentur batu sebesar 2x ukuran kepalan tangan orang dewasa.
Dari pandangan mata gw yang tidak begitu jelas, gw melihat ada beberapa orang mengenakan sarung tapi sedikit mengangkat sarungnya supaya mudah untuk berjalan, mencoba memberhentikan alan. Rasanya gw mau berdiri berat. Seperti setengah sadar dan tidak. Mungkin karena benturan batu yang gw rasakan di kepala. Gw hanya sanggup melihat dari posisi gw jatuh. Hingga gw merasakan ada orang yang membantu saya untuk berdiri.
"Itu mas teman saya satunya. Tolongin mas.."
Skip skip skip......
"Dimana ini?" Tanya gw heran karena tidak mengenali tempat begitu gw terbangun dari tidur.
Gw hanya melihat sekeliling dinding kamar terbuat dari kayu. Seperti nya kayu jati dugaan gw dulu. Masih mengumpulkan sisa tenaga yang ada, gw duduk di tepi ranjang. Baju gw saat itu juga sudah diganti. Mungkin karena kotor jatuh di sawah. Gw juga sudah mengenakan sarung. Entah lah siapa yang menggantinya, yang penting gw tidak ternoda.
"Tok tok tok.." suara ketukan pintu kamar.
"Assalamualaikum, mari nak persiapan jamaah shalat subuh" ajak suara dibalik pintu kamar yang gw tempati ini.
Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 15"
Posting Komentar