Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 10

Penerawangan Mbah Tunggak

"Mbah, ini kayaknya kita semua di ikutin. Soalnya kemaren malam gw dan temen-temen mengalami hal yang enggak di inginkan" gw coba menjelaskan ke mbah tunggak tentang apa yang kami alami.

"Niki mbah sajen e.." Gw menyodorkan sebungkus rokok kretek, sebungkus besar kopi hitam dan gula. Mbah tunggak enggak pernah mau menerima uang dari kami. Dengan cara ini mbah tunggak mau menerima. Itu pun dengan sedikit paksaan dari kami.

Mbah tunggak duduk bersila menghadap kami semua yang duduk dihadapannya. Kemudian mbah tunggak memejamkan mata, dari raut muka nya yang sudah kelihatan tua, mbah tunggak seperti sedang berpikir atau lebih tepatnya menerawang. Cukup lama mbah tunggak di posisi seperti itu.

"Untung kalian cepat-cepat datang kesini cu" ucap mbah tunggak setelah membuka mata. Tatapan beliau sangat serius pada waktu itu. Beliau sepertinya sudah tau apa yang sedang kami alami.

"Kalian semua harus menjalani ritual mandi disini. Nanti mbah yang memandikan kalian satu persatu." Penjelasan dari mbah tunggak cukup bikin kami semua terkejut. Tapi setelah mendengar panjang lebar dari penjelasan mbah tunggak, kita semua memang harus menjalani ritual mandi.

Media ritual mandi di lawang sewu yang di lakukan saat itu menggunakan beberapa bunga yang tumbuh di area lawang sewu, daun dan tanah. Kemudian di masukan kendi yang sudah berisi air di siapkan mbah tunggak. Memang semua itu sangat tidak masuk akal bagi kami semua. Tapi itu lah yang harus kami lakukan.


"Ikuti perkataan mbah!" Perintah mbah tunggak ke gw yang sudah telanjang siap untuk menjalani ritual mandi dibelakang gubuk mbah tunggak. Gw menjadi peserta pertama.

"Bismillah...Ridho Pengeran...gebyar gebyur bla bla bla(maaf tidak bisa gw jelaskan secara gamblang)" ucap mbah tunggak yang gw ikut tirukan sebelum air menyentuh tubuh.

Setelah kami semua selesai melakukan ritual mandi, kami duduk kembali di teras gubuknya mbah tunggak. Mbah tunggak menyuguhkan kopi hitam tanpa gula ke kami. Dan disuruh langsung menghabiskan tanpa mempertanyakan maksudnya.

"Mbah melihat ada satu-dua penghuni disini yang nempel pada kalian. Dua sosok itu jin dari kaum perempuan, menjelma wujudnya nonik. Mereka pernah mengendalikan kamu (menunjuk gw), Mereka hanya ingin berkenalan supaya kalian tau kalau mereka ikut kalian. Pada waktu pertama mbah membersihkan diri kalian sebelum meninggalkan lawang sewu, mbah kira sudah aman. Tapi ternyata masih ada dua yang sepintas tidak keliatan oleh mbah" penjelasan dari mbah tunggak yang membuat kita semua bergidik ngeri.

"Mbah tapi gue dan beberapa temen hampir celaka loh gara-gara dua penampakan itu!" Agak sedikit tinggi nada bicara doni yang mencoba memberitahu mbah tunggak tentang apa yang dialaminya. Gw pun merasa hal yang dilakukan doni wajar. Tapi mengingat mbah tunggak ini sudah tua dan veteran rasanya tidak pantas cara doni berucap seperti itu.

"Eh maaf mbah..bukan niat doni kasar" cukup dengan gw menyikut tangan doni, dia sudah paham.

"Enggak apa cu, mbah memakluminya. Mbah melalui batin juga meminta pada mereka untuk tidak mengikuti cucu-cucu (kalian) mbah lagi" jawab mbah tunggak sabar yang menghadapi kami.

kami kira ini yang terakhir, tapi kami malah makin ketagihan.


Belum ada Komentar untuk "Berawal Dari Penasaran Hingga Menjadi Fatal - Part 10"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel